Rabu, 30 September 2009

Ceu Engkom Pun Menangis…

Hujan mengguyur seluruh wilayah Pangalengan sekitar pukul 14.00 WIB, Jum’at 25 September 2009, termasuk Kampung Cikole, Desa Marga Mukti, Kecamatan Pangalengan. Hujan yang lebat disertai angin membuat tenda-tenda pengungsi tak kuasa menahan terpaan angin. Akibatnya, tenda pun miring kemasukan air. Semua barang di dalam tenda basah, termasuk kasur dan alas tidur para penghuninya.

Salah satu tenda yang seluruh isinya basah kuyup adalah tenda Ceu Engkom. Tenda Ceu Engkom masih satu area dengan lokasi rumah tinggal sementara (temporary shelter) yang tengah dibangun ACT. Ia dan keluarganya basah kuyup, usai hujan mereka sibuk mengangkat kasur dari dalam tenda dan membenahi barang-barang lainnya. Anak-anaknya menyapu genangan air dari dalam tenda, satu keluarga itu berpacu dengan waktu. Padahal hari sudah sore menjelang maghrib, namun belum ada tanda-tanda mereka bisa masuk kembali ke dalam tenda karena kondisi bagian dalam tenda yang masih setengah banjir.

Direktur Eksekutif ACT, Ahyudin yang menyaksikan adegan itu langsung memerintahkan beberapa relawan untuk menyiapkan sebuah shelter yang sudah jadi untuk bisa ditempati oleh para warga yang masih tinggal di tenda. Sementara relawan lainnya memberi tahu beberapa warga di tenda untuk segera pindah ke shelter. Meskipun belum jadi sepenuhnya, namun tak kuasa rasanya melihat para pengungsi yang berada di tenda dalam kondisi basah kuyup kedinginan. “Semula kami berencana menunggu semua shelter jadi, kemudian ada peresmian dan warga mulai menempati. Tapi tak sampai hati kami melihat kondisi mereka, jadi tak perlu menunggu semua shelter selesai, tempati saja yang sudah jadi,” ujar Ahyudin.

Ceu Engkom pun tak kuasa menahan tangisnya, sambil menenteng kasur ia tak henti menangis terus berjalan menuju shelter yang sudah disediakan. Beberapa relawan yang membantu memindahkan barang-barang milik keluarga Ceu Engkom terharu melihat air mata berlinang dari sudut mata perempuan setengah baya itu. “Kenapa Ceu?” tanya seorang relawan. Pertanyaan itu tak terjawab dengan kata-kata, Ceu Engkom benar-benar tak bisa berkata apapun karena ia sangat terharu dan bahagia karena akhirnya bisa mendapat tempat yang lebih layak, setelah lebih dua pekan tidur di tenda kepanasan dan kedinginan.

Berkali-kali ia menutupi wajahnya karena tak kuasa membendung air mata yang terus mengalir. Ia tak mampu menyembunyikan perasaan bahagianya, rumah tinggal sementara yang dibangun ACT adalah awal kehidupan baru bagi ia dan keluarganya pasca gempa yang menghancurkan rumahnya tanggal 2 September 2009 lalu. “Senang pak… sudah saya mah tidak bisa banyak bicara, pokoknya senang, bahagia… terima kasih sama ACT…,” akhirnya Ceu Engkom buka suara juga.

Tentu saja bukan hanya Ceu Engkom, warga lainnya pun tak kuasa menahan haru, mereka tak sanggup mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Mereka hanya bisa menangis setelah mendapat tempat tinggal yang lebih layak dari sekadar tenda. “berhari-hari kami sekeluarga tinggal di kandang sapi, hari ini kami bahagia… nggak perlu lagi menahan bau kotoran sapi,” kata seorang pengungsi yang ikut pindah ke shelter.

ACT masih terus membangun temporary shelter di Kampung Cikole, Desa Marga Mukti, Kecamatan Pangalengan, Bandung. ACT terus berkomitmen membangun sebanyak-banyaknya bangunan sementara itu di berbagai titik bencana berkat dukungan penuh para donatur. Bahkan bukan hanya di Pangalengan, rumah tinggal sementara ini pun tengah direncanakan dibangun di wilayah lain, termasuk Pameungpeuk, Garut. Semoga ikhtiar ini mendapat ridha dari Allah, sekaligus dukungan tak henti dari para penyemat kepedulian. Insya Allah. (Gaw)

Bayu Gawtama
Life-Sharer
http://solifecenter .com
0852 190 68581

“Tolong Sampaikan Kepada Mereka, Bahwa Kami Bahagia”

Berulang kali kami harus mengatakan kepada para pengungsi dan korban gempa Jawa Barat bahwa semua jenis bantuan yang kami bawa bukanlah dari ACT, melainkan dari para donatur dan komunitas peduli di berbagai wilayah di Indonesia. Sejak fase darurat (emergency), bantuan tak henti mengalir ke berbagai titik lokasi bencana, baik di Tasikmalaya, Ciamis, Pameungpeuk Garut, Pangalengan Bandung, maupun Cianjur. Mungkin jika harus dikalkulasi, sudah jutaan ucapan terima kasih yang kami terima dari para korban gempa.

Bukan hanya ucapan terima kasih, bahkan para relawan merasa semakin dekat dengan para pengungsi karena totalitas kami dalam menangani bencana membuat hubungan antara relawan dengan pengungsi seperti saudara, seperti anak dengan ibu, kakak dengan adik, bapak dengan anak dan lain sebagainya. Hubungan emosi yang terjalin diantara kami seperti sebuah keluarga besar yang menyatu dan terlalu berat untuk dipisahkan satu sama lain. Para ibu di pengungsian, sudah menganggap para relawan adalah anak-anak mereka sendiri. Anak-anak pengungsian seperti mendapat kakak baru, pemuda-pemuda mendapat teman baru, sebagai tempat diskusi dan saling tukar informasi.

Mulanya mereka menganggap kami tamu terhormat yang pantas diperlakukan secara istimewa. Tidak! Kami katakan kepada para pengungsi, “Kami datang sebagai sahabat”. Bukan dewa penolong, bukan pula si kaya yang akan membagi-bagikan hadiah atau mencukupi semua kebutuhan mereka. Kami hadir di lokasi bencana sebagai sahabat yang akan ikut merasakan penderitaan mereka, yang akan ikut tersenyum ketika mereka tertawa, yang tak bisa menahan air mata saat mereka menangis dan tak boleh kalah semangat saat mereka bergegas memunguti sisa-sisa harapan masa depan. Berpeluh bersama mereka, makan dengan makanan yang sama dan merasakan terik siang serta dinginnya malam yang sama.

“Jangan pulang ya nak,” kalimat ini yang sering kami dengar dari para pengungsi. Mereka akan sekuat tenaga menahan kami meskipun kami sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda angkat kaki dari tanah bencana. “Yang lain sudah pergi, kalian jangan ikut pergi ya. Jangan tinggalkan kami…” semakin berat hati ini mendengarnya. Sungguh tak kuasa melihat mereka yang sudah seperti ibu atau ayah sendiri, yang sudah seperti kakak atau adik sendiri bagi kami. Bahkan satu hari kami tak nampak saja mereka sudah merasa kehilangan, “Kemana saja nak, ibu sudah masakin nasi goreng tuh…” Duh ibu, kami memberi sedikit saja balasan ibu sudah sangat berlebihan. Malu rasanya…

Meski bukan hak kami menerimanya, namun ucapan terima kasih terus saja mengalir. Tak pernah kering lautan terima kasih mereka kepada segenap relawan yang sudah membantu. Lagi-lagi harus kami katakan kepada mereka bahwa ucapan terima kasih lebih pantas dialamatkan kepada para donatur dan komunitas peduli yang bersinergi dengan kami. Tugas utama ACT adalah menggugah sebanyak-banyaknya kepedulian dari siapapun, kemudian secara sigap dan cepat mengantarkan kepedulian itu dalam genggaman kokoh dan kaki tegap kami. Sepanjang kepedulian itu belum berhenti dari para donatur, maka rasanya malu bagi kami untuk beristirahat atau bahkan berhenti menyalurkan kepedulian.

Kami para relawan tidak boleh kehabisan energi karena kami yakin para donatur pun belum kehabisan energi pedulinya. Tak mungkin kami mengaku lelah karena komunitas peduli tak akan habis dan terus tumbuh, pandai-pandai kami mengelola energi agar tak kalah hebat dengan mereka yang seolah terus terbakar semangat kepeduliannya. Belum ada istilah “tutup posko” bagi kami, karena para dermawan dan donatur terus datang berbondong-bondong guna menyalurkan kasih sayangnya terhadap saudara-saudara yang tertimpa musibah. Bagaimana mungkin kami katakan kepada para donatur, “Maaf pak, silahkan bapak antarkan sendiri ke lokasi bencana” padahal kami para relawan inilah jembatan yang menghubungkan para donatur dan korban bencana.

Ini sinergi kemanusiaan, ada korban bencana, ada relawan dan sudah tentu ada komunitas peduli. Penanganan bencana tak cukup berhenti di fase darurat melainkan terus sampai program pemulihan, pengungsi masih bertebaran di banyak tempat, karena itu relawan tak boleh kehabisan energi. Sebisa mungkin ACT, lembaga kemanusiaan yang berbasis kerelawanan, mengelola relawan secara efektif dan efisien, perputaran relawan di lapangan adalah sebuah keniscayaan. Ini guna mengimbangi pancuran kepedulian yang tak hentinya mengalir, bak mata air pegunungan yang tak pernah kering.

Ketika semakin banyak orang tergugah, jangan dulu berpikir “kapan kami pulang?” Ini pertanyaan yang belum sempat kami jawab, meskipun pertanyaan itu datangnya dari orang-orang terkasih di rumah. Bukan lantaran tidak mau pulang, tetapi kami tak ingin mengecewakan dua pihak, para korban bencana yang masih memerlukan tenaga relawan dalam program pemulihan pasca bencana, dan para donatur yang nyata-nyata belum lelah menyalurkan kepeduliannya. “Jadi kapan kami berhenti?” sampai tak ada lagi orang peduli dengan saudara-saudaranya di lokasi bencana, dan rasanya itu mustahil. Yang kami dapati di sini, justru gelombang kepedulian itu semakin besar dan semakin tak bisa dibendung.

Akhirnya, para pengungsi dan korban bencana pun mengerti bahwa kedatangan kami membawa pesan kepedulian dari para donatur. Kami, para relawan yang berjibaku, kepanasan dan kedinginan, kehujanan dan terpanggang matahari di lokasi bencana, seakan tak artinya tanpa aliran kepedulian dan kasih sayang yang dititipkan para donatur di genggaman dan hati kami. Melalui tulisan ini ingin kami sampaikan pesan salam para pengungsi untuk para donatur, “Tolong sampaikan kepada mereka, bahwa kami bahagia. Ternyata kami tidak sendirian menghadapi ujian Allah ini. Terima kasih…” (Gaw)

klik http://actforhumani ty.or.id

Bayu Gawtama
Life-Sharer
http://solifecenter .com
0852 190 68581
"Menulis bukan bakat; menulis adalah keterampilan hidup. Siapa pun yang menguasai keterampilan menulis pada abad informasi dan kemajuan teknologi saat ini, dijamin hidupnya penuh kemudahan dan kariernya siap melejit melampaui mereka yang hanya fasih berbicara. Karena itu, jangan main-main dengan keterampilan MENULIS!" -- Bambang Trim, Direktur Penerbit Salamadani dan CEO Dixigraf Publishing Service

Bagaimana jika virus menulis diinjeksi ibarat vaksin kepada pendidik dan anak didik kita, juga kepada mereka yang bergiat di bidang minat baca serta minat menulis? Dapat dipastikan Indonesia akan banyak memiliki orang-orang ‘bersenjata’ pena dengan ketajaman pemikiran dan kedigjayaan wawasan. Salam Learning Center sebagai pusat pelatihan keterampilan bidang penerbitan-perbukua n menaruh kepedulian terhadap hal ini. Wujudnya ….

Setelah sukses menyelenggarakan acara "Beasiswa Karya Terobosan", "Pelatihan Menulis Buku Anak Nonfiksi Metode Matriks", "Pelatihan Bagaimana Buat Buku Bagus (B4)", dan berbagai gelaran wisata buku untuk siswa serta mahasiswa dengan biaya GRATIS, kini SLC kembali berkiprah. Wujudnya ….
Terobosan Salam Learning Center

Kembali Salamadani membuat program terobosan untuk mendukung pembangunan masyarakat membaca dan masyarakat menulis (reading & writing society). Program ini adalah pelatihan dasar menulis berbiaya murah dengan benefit luar biasa. Program hanya khusus diperuntukkan bagi sekolah/pesantren/ madrasah (guru dan siswa/santri) , perguruan tinggi (dosen dan mahasiswa), komunitas literasi (klub buku dan perpustakaan) , asosiasi guru/dosen dengan sistem pelatihan kolektif.

Program Terpilih

1. Dasar Penulisan Buku Anak Kategori Fiksi
2. Dasar Penulisan Buku Anak Kategori Nonfiksi
3. Dasar Penulisan untuk Anak dan Remaja
4. Dasar Penulisan Akademis (Basic Academic Writing)
5. Dasar Wirausaha Menulis (Entrepreneur Writer)
6. Dasar Penulisan dan Penyuntingan (Basic Writing-Editing)

Poin 1,2, 4, 5 dan 6 dapat diikuti oleh guru/dosen, siswa/santri SMA/MA/mahasiswa, anggota komunitas/asosiasi.
Poin 3 khusus diikuti oleh anak (SD/MI kelas tinggi: 4-6) dan anak SMP/MTs.

Program pelatihan menggunakan standar kurikulum/pelatihan menulis internasional: prewriting, drafting, revising, editing, dan publishing. Metode pelatihan merupakan gabungan teori dan praktik.

Fasilitator:
• Bambang Trim; penulis lebih dari 100 judul buku, editor lebih dari ratusan karya penulis, serta praktisi perbukuan Indonesia yang telah menekuni bidang perbukuan selama 15 tahun.
• Tasaro GK: penulis fiksi berbakat penghasil karya best seller, mantan jurnalis di Group Jawa Pos, kini menjabat sebagai Chief Editor di Salamadani.
• Ali Muakhir: penulis buku anak paling produktif peraih Rekor MURI, pendiri jasa penerbitan Line Production, dan menjadi editor ahli di Salamadani.
• Krisna: editor buku anak dan mantan jurnalis di MQ Media khusus anak, penulis beberapa karya untuk anak.
• Ely Syarifah: editor karier dan dosen editing di Universitas Padjadjaran, kini menjadi senior editor di Salamadani.

Biaya Murah dan Multibenefit

Belum ada pelatihan menulis berkualitas, bersertifikat, dan berpeluang seperti Program Salam Learning Center. Pembiayaan dilakukan secara kolektif sebagai berikut:

1. Kelas DPBA Fiksi Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang
2. Kelas DPBA Nonfiksi Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang
3. Kelas DPAR Rp2.500.000 untuk peserta maksimal 20 orang
4. Kelas DPAW Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang
5. Kelas DWM Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang
6. Kelas DPP Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang

Multibenefit:
1. Biaya pelatihan kolektif tergantikan dengan buku senilai @Rp100.000 untuk 20-25 orang peserta.
2. Peserta mendapatkan sertifikat resmi dari Salam Learning Center dan materi tercetak (handout).
3. Peserta akan mendapatkan kiriman artikel penulisan-penyuntin gan setiap minggu selama Oktober-November 2009 via email.
4. Peserta berhak mendapatkan 2 kupon Dinar Salam berupa potongan harga 30% apabila berbelanja buku terbitan Salamadni di Salam Book House senilai Rp50.000 ke atas.
5. Peserta berhak mendapatkan CD materi pelatihan dalam format pdf seharga Rp20.000.
6. Peserta terbaik mendapatkan bingkisan buku senilai Rp100.000 dari Penerbit Salamadani.
7. Kunjungan ke penerbitan-percetak an-jasapenerbita n-toko buku untuk melihat secara langsung bisnis penerbitan (khusus penyelenggaraan di Salam Book House).
8. Ilmu dan keterampilan penulisan-penyuntin gan langsung dari ahlinya dan kesempatan berkonsultasi terbuka luas.

Buku Pokok Pelatihan:
1. Favorite Stories for Boys karya Ali Muakhir
2. Favorite Stories for Girls karya Ali Muakhir
3. Monomo karya Tasaro
4. Kisahku karya Tim Penulis Salamadani
5. My Story karya Tim Penulis Salamadani
6. Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup karya Gola Gong
7. Taktis Menyunting Buku karya Bambang Trim

Tempat, Waktu, dan Durasi
Peserta secara kolektif dari satu sekolah, PTN/PTS, komunitas literasi, ataupun asosiasi lewat koordinator mengajukan surat permohonan penyelenggaraan pelatihan SalaMenulis dengan ketentuan tempat sebagai berikut:
• Tempat dapat disediakan oleh Salam Learning Center di Salam Book House dengan biaya gratis (fasilitas: LCD, ruang berpendingin, dan kapasitas memadai untuk 20-25 orang).
• Tempat dapat disediakan oleh peserta (in-house) dengan biaya tambahan untuk akomodasi (transportasi) fasilitator sebesar Rp300.000 untuk wilayah Bandung dan Rp600.000 untuk wilayah Jakarta.

Waktu pelatihan untuk program ini hanya berlaku pada Oktober-November 2009 dengan penyelenggaraan maksimal 4 program dalam satu minggu. Durasi pelatihan efektif adalah 4 jam (half day) untuk setiap program.

Syarat dan Ketentuan

1. Peserta secara kolektif lewat koordinator mengirimkan surat permohonan, berikut waktu dan tempat serta daftar peserta melalui email ke redaksi@penerbit- salamadani. com atau faks ke 022-5221670.
2. Peserta melakukan pembayaran biaya training sesuai dengan program yang dipilih berikut tambahan biaya akomodasi (jika penyelenggaraan secara in-house) setelah ada konfirmasi waktu dan tempat dari Pihak Salamadani.
3. Peserta maksimal 20-25 orang, tidak diperkenankan melebihi kuota peserta. Peserta yang kurang dari kuota 20-25 orang tetap dibebankan biaya yang sama.
4. Untuk penyelenggaraan in-house di tempat peserta atau di tempat lain, Salam Learning Center diperkenankan menggelar meja (open table) untuk menjual produk-produk buku Salamadani.
5. Permohonan disampaikan selambat-lambatnya satu minggu sebelum tanggal pelaksanaan.
6. Salam Learning Center (SLC) menyediakan fasilitas gratis untuk ruang pelatihan dan perangkat audio visual (LCD projector). SLC tidak menyediakan minuman dan makanan ringan selama pelatihan. Untuk itu, peserta dapat membawa sendiri atau membeli di sekitar Salam Book House. Peserta juga disarankan membawa laptop/notebook jika memiliki.
7. Salam Learning Center menyediakan sertifikat resmi dan bahan training tercetak (hardcopy). SLC tidak melayani copy file melalui flash disk. Bahan lengkap dalam format pdf disediakan dalam bentuk CD dengan harga Rp20.000.
8. Sesi pelatihan diperkenankan untuk direkam secara audio-visual dengan mempertimbangkan kenyamanan peserta yang lain.
9. Pelatihan hanya diperuntukkan bagi sekolah, perguruan tinggi, komunitas literasi, klub buku, perpustakaan, dan asosiasi guru/dosen. SLC hanya melayani surat resmi dari institusi/lembaga/ asosiasi dengan alamat lengkap dan jelas.

Catatan: untuk sementara program ini hanya mencakup wilayah Bandung dan Jakarta.

Peluang Berbagi Melalui CSR

Ini baru terobosan…!

SLC membuka program ini bagi perseorangan maupun perusahaan (BUMN/Swasta) yang ingin berbagi guna menghadiahkannya kepada sekolah, perguruan tinggi (fakultas/jurusan) , komunitas, dan asosiasi guru/dosen terpilih sebagai wujud tanggung jawab sosial. Para alumni dari satu sekolah/pesantren ataupun perguruan tinggi dapat mempersembahkan program ini kepada almamaternya. Perusahaan dapat menjadikan program ini sebagai program CSR berkualitas dan berbiaya murah. Untuk itu, Anda pun dapat berperan menjadi duta SLC menawarkan program ini.


Jangan tunda dan berpikir lama untuk sebuah kebaikan.

Informasi Lebih Lanjut:
1. Buka akses ke www.penerbit- salamadani. com
2. Hubungi Farah/Nunung di 022-5222052
3. Salam Learning Center, Jl. Pasirwangi, No. 1, Bandung
Copyright 2009 oleh Bambang Trim

Rabu, 02 September 2009

Penerbit Mencari naskah

Penerbit kalamedina mengundang anda yang berminat menerbitkan buku untuk mengirimkan naskah kepada kami. Berikut ini naskah-naskah yang kami butuhkan:

1. Novel

2. Motivasi, Management diri

3. Parenting, Pengsuhan Anak

4. Agama Islam dan panduan Ibadah

5. Kumpulan cerita humor

6. Kesehatan

7. How To, Self-Help



Persaratan pengiriman naskah:

· Naskah ditulis dengan bahasa yang komunikatif, bukan dalam bahasa akademik

· Ketik format Kwarto, Time New Roman 12, spacy 1,5. Fiksi minimal 150 halaman, Nonfiksi minimal 75 halaman

· Sertakan Sinopsis naskah, daftar isi, curiculum vitae singkat anda, termasuk (kalau ada) buku-buku yang pernah diterbitkan atau pengalaman menulis. Sertakan juga CP yang mudah dihubungi.

· Naskah Terjemahan

Apabila anda menemukan naskah yang menurut anda bagus untuk diterjemahkan, anda bisa mengirimkan terlebih dulu out line naskah tersebut untuk kemudian mendisukusikannya dengan kami tentang laik tidaknya naskah tersebut diterbitkan.



Kirim via post atau e-mail ke:

PENERBIT KALAMEDINA

Jl. Jemur Andayani 50. Kav. A1-2

Surabaya-Jawa Timur

Tlp/Fax. 031-8416967

Email: penerbit_kalamedina @yahoo.com

www.kalamedina. blogspot. com

Selasa, 01 September 2009

MASJID Oleh : Ust. Arifin Ilham

Assalamu'alaikum Wr Wb

Sudah
menjadi tradisi disetiap awal bulan Ramadan masjid penuh dengan jamaah,
tetapi pertengahan Ramadan apalagi akhir Ramadan berakhir pula
makmurnya jamaah di masjid. Ini terjadi karena umat di negeri ini belum
memahami dengan baik dan benar tentang betapa utamanya berjamaah di
masjid.

Pertama: Masjid adalah Baitullah atau rumah Allah (QS An-Nur: 36)

Allah
pun berfirman “RumahKu dimuka bumi adalah masjid, para kekasihKu adalah
mereka yang memakmurkan rumahKu. Barang siapa yang ingin berjumpa
denganKu hendaklah ia datang ke rumahKu, sungguh wajib bagi tuan rumah
menghormati para tamunya.”(Hadis Kutsi).

Karena itulah azan bukan panggilan muazin, tapi panggilan Allah Kekasih untuk para kekasihNya.

Kedua: Masjid rumah Rasulullah SAW

Ketika
beliau sakit menjelang akhir hayat beliau, tatkala mendengar azan
Bilal, beliau berkata kepada Saidah Aisyah RA, antarkan aku ke
rumahku!. Saidah Aisyah keheranan dan seraya bertanya “Bukankah ini
rumah engkau wahai kekasih Allah?" Rasulullah menjawab, “Tidak, rumahku
adalah masjid”.

Kesempatan lain pun beliau bersabda:
“Seandainya umatku mengetahui keutamaan salat berjamaah di masjid
merangkak pun mereka tetap salat berjamaah di masjid” (Muttafaqun
‘Alaiha).

Ketiga: Masjid rumah malaikat-malaikat Allah.

Istana
saja ada penjaganya apalagi masjid, para Malaikat itu mendoakan dan
mengaminkan doa mereka yang memakmurkan masjid ( HR Ahmad).

Keempat: Mesjid adalah rumah orang-orang mukmin.

Setiap
makhluk ada rumahnya, dan rumah orang beriman adalah masjid. Simak
dengan keimanan surat At-Taubah ayat 18 : “Sesungguhnya hanya hamba
Allah yang benar-benar beriman kepada Allah dan benar-benar beriman
pada Hari Akhirat, merekalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah”.

Sungguh
mereka yang telah mendapat hidayah iman, walaupun rumahnya jauh dari
masjid, gelap, dingin-dingin disertai hujan turun lebat tetap mereka
berjamaah di masjid, tetapi kalau tidak mendapat hidayah iman, walau
pun rumahnya dekat dengan masjid ia tetap saja tidak berjamaah di
masjid.

Para sahabat pun dapat mengetahui orang-orang munafik di
waktu Subuh, karena orang-orang munafik sangat berat salat berjamaah di
masjid terutama di waktu Subuh (HR Bukhari).

Dengan demikian
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berjamaah di masjid, mari kita
jadikan setiap bulan–bulan Ramadan bulan memakmurkan masjid.

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Antara Hati Berkarat dan Hati Kemilau

Berkarat???
Tahukah anda dengan kata “karat” atau kalau anda pernah belajar ilmu
fisika atau kimia pasti anda akan menemukan atau mendengar kata
“korosi”??? nah!! Kata karat dan korosi tersebut merupakan dua kata
yang berbeda tetapi mempunyai maksud yang sama. Mungkin anda pernah
melihat logam sejenis besi, baja atau apapun yang berkarat. Efek dari
logam yang berkarat dalam waktu yang terlampau lama akan menyebabkan
logam tersebut menjadi lapuk yang lama-kelamaan akan menjadi serbuk
logam. Sekarang coba anda flashback kembali peristiwa tersebut, awalnya
logam tersebut masih mempunyai bentuk tetapi karena terjadi korosi
lama-kelamaan logam tersebut berubah bentuknya menjadi
serpihan-serpihan. Sama halnya dengan hati kita.
Tahukah
anda hal-hal apa yang mampu membuat hati kita berkarat??? Kalau kita
melihat logam yang berkarat tentunya hal-hal yang membuat logam
tersebut berkarat adalah udara dan air, sedangkan hal-hal yang membuat
hati kita berkarat bukanlah air dan udara melainkan kelalaian dan dosa.
Mengapa kelalaian dan dosa membuat hati kita berkarat??? Karena
kelalaian dan dosa dapat mengurangi dan melemahkan keimanan dan
ketakwaan seseorang. Selain itu, kelalaian dan dosa yang terus-menerus
dilakukan dapat melenakan kita untuk selalu mengingat Allah SWT dan
melaksanakan perintah-perintahNy a sehingga dapat membuat hati kita
berkarat akibat terlalu seringnya kita berbuat lalai dan dosa.
Kemilau???
Tahukah anda dengan kata “kemilau”??? kemilau merupakan suatu cahaya
yang begitu menyilaukan. Anda pernah melihat berlian atau permata???
Nah!!! Biasanya kata kemilau itu seperangkat dengan kata berlian atau
permata. Kalau anda belum pernah melihat berlian atau permata. Gimana
kalau anda saya ajak untuk mengingat sesuatu. Pernahkah anda melihat
salah satu iklan tentang shampoo??? nah!!!disanalah anda akan menemukan
kata “kemilau”. Sungguh kemilau merupakan suatu peristiwa yang disukai
banyak oaring karena dengan kemilau membuat apa saja yang ada
disekitarnya menjadi indah meskipun bentuknya tidak indah. Sama halnya
dengan hati kita.
Tahukah anda hal-hal apa yang
mampu membuat hati kita kemilau??? Kalau kita melihat berlian atau
permata atau barang-barang yeng berbahan kaca kemilau tentunya hal-hal
yang membuat permata, berlian atau barang-barang berbahan kaca kemilau
adalah seringnya barang-barang tersebut dirawat,dipelihara dan
dibersihkan dengan menggosok-gosokkan ke kain atau apapun yang dapat
membersihkannya sehingga membuat barang-barang tersebut menjadi
kemilau, sedangkan hal-hal yang membuat hati kita kemilau adalah
seringnya hati kita dirawat, dipelihara dan dibersihkan dengan kalimat
istighfar dan dzikir. Mengapa kalimat istighfar dan dzikir membuat hati
kita kemilau??? Karena kalimat istighfar dan dzikir dapat menambah dan
menguatkan keimanan dan ketakwaan seseorang. Selain itu, kalimat
istighfar dan dzikir yang terus-menerus dilafadzkan dan dilakukan dapat
beristiqomah untuk selalu mengingat Allah SWT dan melaksanakan
perintah-perintahNy a sehingga dapat membuat hati kita selalu kemilau
dan lama-kelamaan menjadi lebih kemilau jika kita selalu merawat,
memelihara dan membersihkannya dengan kalimat istighfar dan dzikir.
Tahukah
anda manfaat yang akan anda dapatkan jika hati anda selalu kemilau???
Manfaatnya adalah anda akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT, sabar dan tabah dalam menghadapi kehidupan,
dapat mengurangi emosi dalam menghadapi siapapun yang berbuat khilaf
terhadap kita sehingga kita dengan mudah memberikan maaf kepada
siapapun yang meminta maaf terhadap kita, dan lain sebagainya. Pokoknya
banyak banget deh manfaat yang dapat kita peroleh dari kemilaunya hati.
Sekarang
tinggal anda yang memilih, mau membuat hati anda berkarat atau membuat
hati anda kemilau????semua jawabannya ada pada hati dan diri anda
masing-masing karena setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda.
Semoga dapat bermanfaat dan secepatnya anda dapat mengambil pilihan
sehingga anda tidak terlambat untuk membuat hati anda berkarat atau
kemilau. -----------
Lina El-Barich
.........sumber: dudung.net
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

PRASANGKA (Cerita Rakyat Makassar)

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebahagian
prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari keburukan orang dan janganlah
sebahagian kamu menggunjing atas sebahagian yang lain........ ......... ......... ......... ."
[ QS Al Hujuraat; 49:12]
------------ --------- --------- --------- --
Ada sebuah keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, seorang anak laki-laki dan seorang anak gadis.
Keempat anggota keluarga itu semuanya tuli.
Suatu hari ketika si anak laki-laki sedang menggembalakan kambingnya, ada seorang yang
menanyakan arah jalan yang bercabang dua. Si anak menjawab: "Ini kambing saya, ini kambing
bapak saya. Mengapa engkau mengatakan kambing ini milikmu?"
Ketika sampai di rumah ia berteriak: "Ibu, ada orang yang mengaku-ngaku kambing kita ini kambingnya."
Dengan suara tak berdaya si ibu menjawab: "Biarlah nak, kita ini memang orang miskin. Biarkanlah dia
mencela celana bapakmu yang penuh dengan tambalan itu."
Sepulangnya suaminya dari kebun, si isteri berucap: "Pak, menurut anak kita ada yang mencela celanamu
yang penuh tambalan. Saya katakan, sudahlah nak, tidak usah dipikirkan, kita ini memang petani miskin."
Si suami menjawab: "Haram, kalau saya makan pisang di kebun. Kalau ada yang menyampaikan
kepadamu saya ini suka makan pisang secara sembunyi-sembunyi di kebun, itu fitnah."
Si gadis melihat kedua orang tuanya bercakap-cakap. Setelah percakapan berakhir, si gadis dengan
menangis tersedu-sedu ia berkata: "Biarlah mak, biarlah pak, kalau ada yang meminang, jangan ditolak,
terima saja."

Dalam kehidupan kita sehari-sehari tidak jarang kita terlibat dalam hal prasangka.
Sikap berprasangka yang terbentuk oleh kepicikan, pandangan sempit, curiga kepada bayangan sendiri.
Keadaan 'tuli' dapat diartikan orang yang tidak mau mendengar pendapat orang lain.
Hanya pendapatnya saja yang benar.

Si anak laki-laki yang bertugas menggembalakan kambing, karena rasa tanggung jawabnya,
menyebabkan ia bersikap curiga yang berlebihan. Apapun yang diucapkan atau dilakukan orang
ditanggapinya hendak mengambil, merampas kambing miliknya.
Karena selalu menambal celana suaminya, si Ibu dihinggapi penyakit rendah diri. Semua perilaku
orang selalu dianggap mengejek celana suaminya.
Si suami yang suka makan pisang secara sembunyi-sembunyi, selalu khawatir bahwa isterinya akan tahu.
Jadi sewaktu isterinya mengatakan bahwa celananya dicela orang, ia menyangka rahasianya terbongkar.
Si gadis pingitan yang jiwanya selalu meratap, mengira pembicaraan orang tuanya adalah mengenai dirinya.
------------ --------- --------- -----
"Dan kebanyakan mereka hanyalah mengikuti persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan
itu tidak dapat mengalahkan kebenaran sedikitpun. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat " [ QS Yuunus; 10:36]
[lm-6]
Dikutip sebagian besar dari tulisan H. Muh. Nur Abdurrahman
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar, Makassar]
------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
l.meilany
010909/11ramadhan1430h

Berprasangka Baik

Ada seorang perempuan pergi ke dokter untuk memeriksakan tekanan darahnya. Ruang tunggu dokter penuh karena banyak pasiennya. Dia harus mengantri. Hampir satu jam kemudian namanya baru dipanggil. Ketika namanya dipanggil kakinya kesemutan sehingga jalannya masuk ke ruang dokter dengan kaki terpincang-pincang.

Lima belas menit kemudian perempuan itu keluar dari ruang pemeriksaan dengan langkah biasa lagi. Dua pasien yang dari tadi memperhatikan perempuan masuk ke ruang dokter, kini memandang heran, yang seorang pasien menyenggol sebelahnya sambil mengatakan, 'lihat tuh, betul kan yang saya bilang? Dokter ini memang top di kota ini.'

Begitulah kita pada umumnya seringkali mengambil kesimpulan berdasarkan prasangka. Prasangka terbangun karena kebiasaan. Kebiasaan membangun karakter pribadi seseorang. Kebiasaan-kebiasan untuk berprasangka baik atau berpikir positif kita diajarkan sejak anak-anak dengan melalui sholat. Setiap kali kita selesai sholat selalu diakhiri dengan salam.

Mengucapkan salam kepada Alloh SWT merupakan simbol dari keislaman. Makna Islam berarti berdamai dengan Alloh SWT. Kita tidak memiliki masalah kepada Alloh dan tidak berpikir negatif kepadanya.

Dalam kehidupan, kita kerap mengalami kejadian yang menyenangkan ataupun tidak. Hampir tidak dapat dihindari dalam hati terbersit pikiran negatif terhadap Alloh SWT, terutama jika mengalami nasib kurang baik Jika berlarut, itulah titik permulaan dari malapetaka rohani dan kebangkrutan spiritual.

Allah SWT berfirman dalam hadis qudsiy, ana `inda dzonni `abdi, Aku tergantung bagaimana hamba Ku menganggap Ku. Apabila dia berprasangka kepada Ku dengan baik, Aku pun akan baik kepadanya. Dan apabila dia berprasangka kepada Ku dengan prasangka buruk, Aku pun buruk kepadanya.’ Hadis qudsi di atas sebuah kiasan untuk senantiasa berpikir positif dalam keseharian kepada Alloh SWT ataupun terhadap ciptaan-Nya, baik umat manusia maupun seluruh alam.

Seperti kita ketahui, di antara tanda-tanda kebesaran Allah ada penciptaan langit dan bumi. Seperti dalam firman-Nya, ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan di antara perbedaan malam dan siang, ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai pikiran mendalam, yaitu mereka yang selalu ingat kepada Alloh.’

Atas dasar itu, sudah selayaknya kita memperhatikan alam sekitar. Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia, sehingga hal itu dapat menumbuhkan pikiran positif terhadap alam ataupun Sang Penciptanya. Ayat itu diakhiri dengan permohonan kita kepada Allah untuk dihindarkan dari siksa neraka. Dalam konteks ayat tersebut atau dalam bahasa Arab disebut siyaqu al-ayat siyaqa yang bisa dipahami salah satu penyebab orang mengalami hidup sengsara ialah kalau dia mempunyai pikiran negatif terhadap sesama ciptaan-Nya.

Dalam ayat lain, Al-Hujarat, Allah menyebutkan, ‘Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging bangkai saudaranya. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya’
Maksud dari ayat ini kalau kita membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di hadapan kita, hal itu bagaikan memakan bangkai saudara kita sendiri. Ini peringatan agar kita senantiasa menumbuhkan berprasangka baik dan juga berpikiran baik kepada Alloh, sesama saudaranya dan alam sekitarnya.

Wassalam,

Agussyafii