Rabu, 16 Juni 2010

KULITMU... RAHASIAMU...

Dunia terlihat bercahaya di sekeliling kita. Ada jenis cahaya yang
berasal dari benda angkasa; bintang, bulan, matahari, dan matahari.
Ada pula cahaya buatan, yaitu lampu tidur di kamar bayi atau lampu
neon. Namun, cahaya terindah justru berasald ari sesuatu yang hidup
dan bernapas yaitu terpancar dari KULIT manusia

Cahaya yang terpancar dari kulit seseorang tidak hanya berasal dari
susunan gen yang baik. Pancaran tersebut juga merupakan hasil dari
keputusan yang tepat bagaimana cara melindungi, menyembuhkan, dan
membersihkan kulit.

Kulit yang sehat akan membuat kita lebih menghargai diri sendiri. Kita
tidak akan merasa cantik kalau kita tidak terlihat cantik. Kita akan
memancarkan kecantikan itu apabila kita memiliki kecantikan dari dalam
(inner beauty). Jika kulit Anda halus dan bercahaya, Anda akan tampak
lebih muda, bahkan mungkin Anda merasa jiwa Anda lebih muda, yang
merupakan aspek penting yang menunjang kebugaran dan kesehatan tubuh.
Tetapi, jika Anda merasa depresi dan tidak berguna, Anda akan memiliki
lebih banyak keriput daripada anjing sha-pei (anjing ras Cina yang
memiliki kerut-kerut besar pada kulit hampir di seluruh bagian tubuh),
atau memiliki bintik, noda, dan belang pada wajah.

Kulit lebih dari sekadar selubung anatomi bagi manusia. Kulit juga
membantu penyembuhan. MEMBERIKAN SENTUHAN LEMBUT pada kulit dapat
MENURUNKAN KADAR SENYAWA KIMIA PENYEBAB STRES, yaitu kortisol, dan
meningkatkan oksitoksin yang dapat MENIMBULKAN PERASAAN SENANG.

Salah satu tanda utama penuaan adalah kerut pada kulit, terutama
garis-garis vertikal di atas bibir dan di antara dua mata.

Bagaimana kulit kita bisa berkerut?
Prosesnya bisa terjadi melalui beberapa mekanisme. Kulit melekat pada
otot yang berada di bawahnya, sehingga kulit akan melipat ketika otot
bergerak. Seiring waktu, lipatan-lipatan tersebut menjadi usang.
Hubungan antara kulit dan jaringan penghubung di bawahnya akan
meregang dan kulit pun mengendur. Pengenduran itulah yang berperan
dalam pembentukan kerut.

Namun ada pula faktor lain yang menyebabkan kerut, yaitu asap rokok
dan sinar manatari. Tapi boleh percaya atau tidak, ada pula anggapan
aneh yang menyebutkan kerut di atas bibir adalah pengaruh asap rokok
dan radang pada pembuluh darah, garis vertikal di antara kedua mata
menunjukkan stres, kerut di bawah mata menandakan kehilangan cinta,
dan kerut di dagu pertanda sangat butuh perhatian. Namun bisa
dimengerti apabila kulit bereaksi terhadap perasaan hati.

Yang jelas setelah Anda menua, kulit akan menipis, kusam, dan tidak
lagi bercahaya layaknya masa muda. Namun, Anda dapat mengendalikan
seberapa cepat perubahan tersebut terjadi pada kulit Anda. Apabila
Anda termasuk orang yang membiarkan kondisi kulit apa adanya, di usia
60-an, 70-an, 80-an, dan 90-an, regenerasi sel kulit dan penyembuhan
menjadi lebih lambat, dan kulit Anda mungkin menjadi sangat kering.
Kulit dewasa butuh perawatan khusus, mulai dari pelembap yang
mengandung molekul air dan pengelupasan kulit secara rutin untuk
mempercepat pergantian sel kulit dengan yang baru.

Nutrisi bagi kulit:
- Kuning telur, polong-polongan, alpukat, kedelaim dan kacang,
membantu metabolisme lemak dan karbohidrat
- Salmon, memperbaiki elastisitas kulit
- Teh hijau, melindungi kulit terbakar sinar matahari
- Delima; mempercepat proses penyembuhan luka
- Tomat, mengurangi resiko kulit terbakar sinar matari

Sumber: Being Beautiful, Sehat dan Cantik Luar Dalam ala Dr. Oz, Qanita 2010
http://mizan.com/index.php?fuseaction=buku_full&id=8198

MULAI DARI DIRI SENDIRI

“Perkataanmu bisa saja diragukan, tapi kelakuanmu akan dipercaya.” Lewis Cass

Seorang ibu membawa anaknya yang masih kecil menemui Mahatma Gandhi.
Kepada Gandhi, ibu ini mengeluh, “Anak saya ini tidak mau berhenti
makan permen. Saya takut kebiasaannya itu akan merusak giginya.”
Sambil tersenyum Gandhi berkata, “ Kembalilah ke sini seminggu lagi
dan akan saya katakan apa yang perlu Ibu lakukan.”
Seminggu kemudian, si ibu kembali menemui Gandhi. Melihat wanita itu
datang, Gandhi tersenyum. Sambil membelai bahu si anak, Gandhi
berkata dengan lembut, “Nak, mulai sekarang berhentilah makan permen.
Itu akan merusak gigimu.”
Si anak pun berjanji akan menghentikan kebiasaannya dan segera
berpamitan pulang. Namun, si ibu masih penasaran dan bertanya, “Pak
Gandhi, Kalau hanya mengatakan demikian, bukankah sejak seminggu lalu
Anda bisa mengatakannya? Mengapa waktu itu Anda menyuruh saya pulang
begitu saja?”
Gandhi yang bijak tertawa kecil dan berkata, “Maafkan saya yang telah
merepotkan Ibu. Tapi sejujurnya, minggu lalu saya tidak bisa menyuruh
anak Ibu berhenti makan permen.”
Si Ibu bertambah penasaran, “mengapa begitu?” tanyanya
Gandhi menjawab, “Karena minggu lalu saya sendiri masih makan permen.”

Kisah di atas itulah yang disebut INTEGRITAS. Tidak ada gunanya
menyuruh orang berhenti melakukan sesuatu, sementara Anda masih
melakukan hal tersebut.

Suatu ketika angin dan matahari terlibat dalam perdebatan sengti.
Masing-masing menyatakan diri lebih kuat daripada yang lain. Jauh di
bawah sana mereka melihat seorang pria sedang mengenakan jaket tebal.
“Mari kita lihat siapa yang bisa lebih cepat melucuti jaket orang
itu,” kata angin. Matahari setuju dan membiarkan angin untuk
mencobanya terlebih dahulu. Setelah mengumpulkan semua tenaganya
angin menerpa pria itu dengan tiupan yang keras sekali sehingga jaket
pria itu berkibar-kibar. Tetapi semakin kuat angin meniup, pria itu
semakin kuat memegangi jaketnya.
Ketika tiba gilirannya, matahari menyinari pria itu. Perlahan-lahan
pria itu mulai merasa kepanasan, dan dia mulai membuka kancing
jaketnya. Semakin panas matahari memancarkan cahayanya, semakin pria
itu merasa tidak nyaman, sampai akhirnya dia membuka jaket.

MANAJER itu ibarat ANGIN, sedangkan PEMIMPIN adalah MATAHARI. Pemimpin
tidak menggunakan KEKUATAN tetapi dia menggunakan PENGARUH. SURI
TELADAN memberikan PENGARUH terbesar terhadap orang lain.

Jika Anda ingin mengubah peringkat Anda dari seorang manajer menjadi
pemimpin, tahap awal yang paling strategis adalah mengubah diri
sendiri.

Alkisah, seorang sufi berusia lanjut mengatakan, “Ketika aku masih
muda, aku adalah seorang revolusioner dan selalu berdoa, ‘Tuhan beri
aku kekuatan untuk mengubah dunia.’
“Ketika aku sudah separuh baya dan sadar bahwa setengah hidupkuu
seudah lewat tanpa mengubah satu orang pun, aku mengubah doaku
menjadi, ‘Tuhan beri aku rahmat untuk mengubah semua yang berhubungan
denganku: keluarga dan teman-temanku, itu saja sudah cukup.’
“Kini ketika akus udah menjadi tua dan saat kematianku sudah dekat,
aku mulai menyadari betapa bodohnya ku. Doaku satu-satunya sekarang
adalah, ‘Tuhan, beri aku rahmat untuk mengubah diriku sendiri.’
“Jika sejak semula aku berdoa seperti ini, aku tentu tidak akan
menyia-nyiakan hidupku.”

MEMULAI DARI DIRI SENDIRI ADALAH DASAR SEBUAH PERUBAHAN BESAR.
http://mizan.com/index.php?fuseaction=buku_full&id=8199

LOMBA...

LOMBA MENULIS


Yayasan Mitra Netra bersama Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni), The International Council of Education for People with Visual Impairment (ICEVI) dan The Nippon Foundation (TNF) mengajak rekan-rekan mahasiswa se-Jabodetabek untuk berperan dalam upaya menumbuhkembangkan kampus yang ramah pada mahasiswa penyandang disabilitas, melalui “Lomba Menulis”.


Pilihan tema:


1. Strategi Mewujudkan Kampus yang Ramah dan Non-Diskriminatif bagi Penyandang Disabilitas.

2. Peran Pusat Layanan Disabilitas di Perguruan Tinggi.


Ketentuan lomba:


1. Peserta adalah mahasiswa aktif Strata 1.

2. Setiap peserta diperbolehkan mengirimkan 2 (dua) tulisan untuk masing-masing tema.

3. Tulisan belum pernah diikutsertakan pada kegiatan lomba apapun/dimanapun.

4. Tulisan ditulis dalam Bahasa Indonesia sesuai EYD serta tidak menyinggung unsur SARA.

5. Panjang tulisan maksimum 8 halaman A4, spasi 1.5, jenis huruf Times New Roman, dan ukuran font 12.

6. Tulisan dikirim paling lambat tanggal 30 Juni 2010 pukul 12.00 WIB dalam bentuk softcopy berformat Ms. Word ke alamat e-mail: inklusipaper@ yahoo.co. id, dilampiri CV penulis yang berisikan informasi:


• Nama lengkap.

• NIM (Nomor Induk Mahasiswa).

• Jurusan, fakultas, semester, dan universitas.

• Tempat, tanggal lahir.

• Alamat rumah.

• Kontak (nomor telepon/HP dan e-mail).

• Daftar tulisan yang pernah dibuat (jika ada).


Dewan Juri:


1. Prof. Dr. Bambang Shergi Laksmono, MSc (Dekan FISIP UI).

2. Jodhi Yudono, Redaktur Senior Kompas.com.


Hadiah:


• Juara 1 mendapatkan piagam dan uang sebesar Rp. 1.800.000

• Juara 2 mendapatkan piagam dan uang sebesar Rp. 1.300.000

• Juara 3 mendapatkan piagam dan uang sebesar Rp. 800.000


Pengumuman pemenang akan dilakukan pada 20 Juli 2010, disampaikan ke seluruh peserta melalui e-mail.


Penyerahan hadiah dilakukan bersamaan dengan kegiatan Seminar/Kuliah Umum di Universitas Indonesia (UI) pada 28 Juli 2010.


Informasi lebih lanjut tentang lomba menulis ini, silakan hubungi:


Yayasan Mitra Netra

Contact person: Muizzudin Hilmi

Telepon: 021-7651386

E-mail: muiz@mitranetra. or.id


Mari berperan mewujudkan “kampus yang ramah bagi penyandang disabilitas” di Indonesia... ..


Pendidikan dasar memang penting, sedangkan pendidikan tinggi adalah jalan strategis menuju perubahan... ..

LOWONGAN KERJA

PT Pustaka Alvabet (penerbit) membuka kesempatan bagi siapa saja yang meminati dunia perbukuan untuk bergabung bersama sebagai EDITOR TETAP (full time), dengan kualifikasi berikut:

·Pendidikan minimal S-1 semua disiplin ilmu
·Berpengalaman minimal 1 tahun sebagai editor di penerbitan buku
·Memahami perkembangan dunia penerbitan dan perbukuan
·Menguasai bahasa Inggris dengan baik
·Berpengetahuan luas lintas disiplin keilmuan
·Kooperatif dan dapat bekerja di dalam tim
·Dapat bekerja di bawah tekanan (deadline & result oriented)

Kirimkan segera lamaran dan CV lengkap (sertakan foto) Anda paling lambat tanggal 10 Juni 2010 via email ke: hrd@alvabet. co.id, atau via pos ke:

PT Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
Tangerang 15412
Telp: 021-7494032
Ciputat, 01 Februari 2010



Hormat kami,
Ttd.



Liza A. Z.
HRD Staff


============ ========= ========= ========= ===
Pustaka Alvabet
Ciputat Mas Plaza Blok B/AD
Jl. Ir. H. Juanda No. 5A, Ciputat
Jakarta Selatan Indonesia 15411
Telp. +62 21 7494032,
Fax. +62 21 74704875
www.alvabet. co.id

Membalas Keburukan Dengan Kebaikan

By: agussyafii

Pada suatu hari Dzunnun al-Misri seorang ulama besar bersama muridnya sedang berlayar di sungai Nil. Mereka melantunkan dzikir kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Pada perahu yang lain ada sekelompok anak muda yang memetik gitar sambil berteriak-teriak dan berperilaku yang menjengkelkan bagi orang lain. Melihat hal itu murid-murid Dzunnun meminta Dzunnun untuk mendoakan kepada Allah agar perahu anak muda itu tenggelam.

Murid-murid Dzunnun itu tahu bahwa doa beliau adalah yang mustajab, mudah sekali dikabulkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Kemudian Dzunnun al-Misri mengangkat kedua tangannya dan memohon kepada Allah untuk para pemuda yang kurang ajar itu.

'Ya Allah sebagaimana Engkau telah memberikan orang-orang itu kesenangan di dunia maka berikanlah mereka kehidupan yang menyenangkan di akherat kelak.'

Mendengar doa Dzunnun seperti itu membuat para murid Dzunnun terheran-heran, bagaimana mungkin Dzunnun mendoakan seperti itu? Mereka menyadari ada yang salah pada diri mereka, murid-murid Dzunnun meminta maaf akan atas kesalahan yang dilakukannya. Dzunnun menjelaskan kepada murid-muridnya bahwa 'Kehidupan yang menyenangkan diakherat kelak berarti bertaubat di dunia ini dengan cara seperti inilah, kalian dan mereka merasa lega tanpa merugikan siapapun.'

Dzunnun al-Misri mengajarkan kepada kita bagaimana kebiasaan Nabi Muhammad, membalas keburukan dengan kebaikan, jadilah kita seperti pohon mangga yang manis rasanya di pinggir jalan, yang setiap kali dilempari orang dengan batu tetapi malah membalas dengan memberikan buahnya yang manis kepada si pelempar. 'Ahsin kama ahsanallahu ilaik.' Berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu.'

Tangisan Hati

By: agussyafii

Pernah saya bertemu dengan seorang ibu yang mengeluh ingin bercerai dari suaminya. Saya menyarankan agar bersabar dan setiap habis sholat perbanyaklah membaca tasbih, tahmid, takbir agar Allah berkenan memberikan sebuah solusi. Setelah setahun kemudian malam itu beliau bersama suami dan keduanya anak hadir ke Rumah Amalia. Terdengar suara anak-anak Amalia sedang membaca ayat suci al-Quran. Beliau bertutur tentang hatinya yang menangis dihadapinya dengan bersabar maka membawa nikmat bagi keluarganya.

Dimasa kehamilan anaknya yang kedua, suaminya membawa perempuan lain ke rumahnya, diperkenalkan sebagai rekan kerjanya. Tanpa rasa sungkan mereka bercanda didepan anak dan dirinya. Entah apa yang dilakukan suaminya sampai beberapa kali membawa rekan kerjanya ke rumah. Rumah sudah seperti neraka. Rasanya sebagai perempuan sudah tidak sanggup menghadapi hidup. Kepada siapa mengadu, membuat dirinya bingung. mengadu kepada keluarga dan tetangga berarti akan menambah beban dalam hidupnya sendiri.

Sampai akhirnya anak yang kedua lahir. Semuanya dilalui dengan kesendirian. Diasuh dan dirawat dengan penuh kasih sayang. Sebagai istri, dirinya selalu berharap keluarganya harmonis. Jika tidak bisa, cerai adalah pilihan yang pahit harus dipilihnya. Sampailah waktu itu beliau bertemu dengan saya untuk mempertimbangkan pilihan yang pahit itu untuk dihindari, karena keyakinannya untuk berdoa memohon kepada Allah dibantu berdoa bersama anak-anak Amalia menguatkan hatinya untuk tetap bertahan.

Sampai kemudian pada suatu hari tatkala sepulang belanja, Dikejutkan dengan kehadiran suaminya yang sudah duduk diruang tamu dengan mata menerawang kosong. 'Mah, maafkan aku ya?' Suaminya bersimpuh dipangkuannya mencium tangan istrinya. 'Benarkah Mas? Apakah aku sedang bermimpi?' tanya sang istri.

'Tidak Mah, aku tahu luka hatimu teramat dalam untuk memaafkan diriku. Kesalahan-kesalahan itu tidak mudah untuk dimaafkan.' jawab suaminya. Sudah sekian lama suaminya tidak pernah membelai tangan sang istri. 'Apakah kamu bersungguh-sungguh Mas?' tanyanya ragu. 'Aku bersungguh-sungguh Mah, meninggalkan semua kesalahan-kesalahan yang pernah aku lakukan.' jawab suaminya. Tak kuasa menahan air mata bahagia.

Sejak kepedihan hatinya berlalu berubah menjadi nikmat tak membuat menjadi lalai kepada Sang Khaliq bahkan bersama suami dan anak-anaknya semakin rajin ibadah sholatnya. Setiap kali sholat malam, dirinya tidak pernah lupa memohon ampun kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas semua kesalahan dirinya dan suaminya hingga tak tahan lagi air matanya meleleh. Betapa besarnya karunia Allah kepada dirinya. Tangisan hati telah membawa nikmat bagi keluarganya menjadi rukun dan harmonis kembali. Berkali-kali beliau dan suaminya tercinta memanjatkan puji syukur kehadirat Allah. Subhanallah.

--
Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kami pasangan hidup dan keturunan yang menyenangkan hati kami dan jadikanlah kami pemimpin orang-orang yang bertaqwa (QS: al-Furqaan : 74).

Wassalam,
agussyafii

Minggu, 13 Juni 2010

Amal Yang Diterima Allah

Amal Yang Diterima Allah

Oleh: Samin Barkah, Lc
________________________________


dakwatuna.com – Dari Amirul Mukminin, Umar bin Khathab r.a., ia
berkata, “Aku mendengar Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya segala
amal perbuatan bergantung kepada niatnya dan tiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan. Barang siapa yang hijrahnya kepada
Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan mendapatkan pahala hijrah karena
Allah dan Rasulullah. Barang siapa yang hijrahnya karena faktor
duniawi yang akan ia dapatkan atau karena wanita yang akan ia nikahi,
maka ia dalam hijrahnya itu ia hanya akan mendapatkan apa yang ia
niatkan.” (H.R. Bukhari-Muslim)

Bunyi hadits di atas adalah:

عَنْ أَمِيرِ اْلمُؤمِنِينَ أبي حَفْصٍ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا
لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله ورسوله
فهجرته إلي الله ورسوله َمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لدُنْيَا يُصِيبُهَا
أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ
إِلَيْهِ (رَوَاهُ البُخَارِي وَمُسْلِمُ)

Tentang Hadits

Hadits ini hanya diriwayatkan oleh satu alur sanad, yaitu alur sanad
Yahya bin Said Al-Anshari dari Muhammad bin Ibrahim At-Taimi, dari
‘Alqamah bin Abi Waqash Al-Laitsi, dari Umar bin Khathab.

Setelah Yahya bin Said Al-Anshari inilah kemudian banyak ulama dan
ahli hadits yang meriwayatkan. Diriwayatkan lebih dari 200 orang rawi.
Ada yang mengatakan bahwa yang meriwayatkan dari Yahya ini sekitar 500
orang. Di antara ulama yang meriwayatkan dari Yahya adalah Imam Malik,
Ats-Tsauri, Al-Auza’i, Ibnu Mubarak, Al-Laits bin Saad, Hamad bin
Zaid, Syu’bah, Ibnu ‘Uyainah dan ulama lainnya.

Para ulama sepakat mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits shahih.

Menurut Imam Ahmad bahwa hadits ini adalah satu dari tiga hadits
dasar-dasar Islam. Imam Syafii mengatakan bahwa hadits ini adalah
sepertiga ilmu. Hadits ini masuk pada 70 bab fiqih. Abdurrahman bin
Mahdi berkata, “Jika aku akan menulis satu bab, maka aku meletakkan
hadits ini pada tiap bab. Barang siapa yang mau menyusun buku, maka
mulailah dengan hadits ini.

Para ulama lain juga selalu menyebutkan hadits ini pada mukadimah
kitabnya, seperti Imam Bukhari pada kitab Hadits Shahihnya. Karena itu
pulalah penulis memulai rubrik ini dengan hadits niat.

Penjelasan Hadits

Hadits ini menegaskan bahwa diterimanya amal perbuatan manusia
tergantung keikhlasan kepada Allah. Al-Qur’an juga menegaskan dalam
surat Al-Bayyinah ayat 5 dan Az-Zumar ayat 2-3.

Ada dua penyakit hati yang bisa merusak amal manusia. Pertama adalah
penyakit ujub dan yang kedua adalah penyakit riya. Dua penyakit ini
akan mengakibatkan amal perbuatan manusia tidak bernilai.

Diriwayatkan oleh Al-Qasim bin Al-Mukhaimarah bahwa Rasulullah saw.
bersabda, “Allah tidak akan menerima amal perbuatan yang di dalamnya
masih terdapat riya walau sebesar biji sawi.”

Para ulama fiqih menegaskan bahwa niat adalah pembeda antara ibadah
dan adat, membedakan antara satu ibadah dengan ibadah lainnya;
misalnya mandi, bisa mandi untuk kesegaran, untuk kebersihan atau
mandi wajib untuk menghilangkan hadats besar atau mandi sunat shalat
Jum’at.

Jadi, niat dalam Islam merupakan asas ibadah dan tempat niat itu ada
di hati. Apabila seseorang niat shalat atau puasa di dalam hati, tanpa
dilafalkan oleh lisan, maka sudah cukup.

Ada ibadah-ibadah yang tidak dapat diwakili, karena لِكُلِّ امْرِئٍ
مَا نَوَى (seseorang akan mendapatkan apa yang ia niatkan) dan apa
pula beberapa ibadah yang boleh diwakilkan, seperti zakat atau
sembelih kurban atau menghajikan orang yang sudah meninggal.

Al-Fudhail bin ‘Iyadh mengomentari ayat, لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُم
أَحْسَنُ عَمَلاً bahwa maksud dari amal yang ihsan (paling baik)
adalah amal yang akhlash (paling ikhlas) dan yang ashwab (paling
benar). Ada dua syarat diterimanya amal ibadah manusia, ikhlas dan
benar. Amal perbuatan, termasuk ibadah yang dilakukan dengan ikhlas
karena Allah semata tetapi pelaksanaannya tidak sesuai dengan syariat
Islam, maka amal tersebut tidak akan diterima Allah. Begitu juga
sebaliknya, jika perbuatan dan ibadah dilakukan sesuai dengan syariat,
tetapi yang melaksanakannya tidak semata-mata karena Allah, maka
amalnya tidak diterima.

Seseorang yang niat ikhlas ketika membangun masjid, tetapi dana untuk
membangun masjid tersebut didapat dengan cara yang haram dan itu
bertentangan dengan tuntunan agama, maka amalnya ditolak Allah.
Seseorang yang niatnya ikhlas untuk shalat Subuh, tetapi
pelaksanaannya sengaja dilebihkan rakaat karena semangat sampai 3 atau
4 rakaat, maka ibadahnya tidak diterima Allah. Semua ibadah atau
perbuatan yang niatnya baik, tetapi dilakukan tidak berdasarkan
syariat, maka tidak akan diterima oleh Allah. Begitu juga sebaliknya.

Itulah yang dimaksud dengan amal shalih seperti dalam surat Al-Kahfi
ayat 110 disebutkan, “Barang siapa berharap berjumpa dengan Tuhannya,
maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia
mempersekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Tuhannya”.

Umat Islam perlu memahami makna hijrah yang lebih luas, yaitu
meninggalkan negeri yang tidak dijalankan syariat ke negeri yang
dijunjung syariat Islam. Selain ditentukan Allah dan Rasul-Nya,
keutamaan tempat juga ditentukan oleh penghuninya. Dan keutamaan
muslim ditentukan oleh ketaatan dan ketaqwaannya.

Abu Darda pernah mengirim surat kepada Salman Al-Farisi, “Berangkatlah
ke sini, ke bumi muqaddas, bumi yang suci.” Salman pun membalas surat
itu dan mengatakan, “Sesungguhnya bumi tidak akan membuat orang
menjadi mulia, tetapi seorang hamba akan mulia dengan amalnya.

Salman telah dipersaudarakan oleh Rasulullah saw dengan Abu Darda.
Salman lebih menguasai hukum fiqih daripada Abu Darda.

Untuk menguatkan pengertian ini, Allah menegaskannya ketika Dia
berfirman kepada Musa a.s, “Aku akan perlihatkan kepadamu bumi
orang-orang fasik” (Al-A’raf: 145), yaitu negeri para begundal
bertubuh besar. Kemudian dengan perubahan penghuninya, negeri itu
menjadi negeri orang-orang beriman.

Sosial Kemasyarakatan

Penggunaan kata امْرِئٍ (seseorang) pada وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ
مَا نَوَى merupakan suatu ungkapan yang tepat, karena ungkapan ini
mencakup wanita dan pria. Ini menunjukkan bahwa Islam tidak membedakan
antara pria dan wanita dalam menjalankan syariah, seperti juga disebut
dalam surat An-Nisa ayat 124, “Barang siapa yang mengerjakan amal-amal
saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka
mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau
sedikit pun.”

Islam mengarahkan peran sosial kepada tugas pria dan wanita secara
proporsional seperti disebut dalam surat At-Taubah ayat 71, “Dan
orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka
(adalah) menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan
shalat, menunaikan zakat dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya.
Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.”

Tidak ada perbedaan pahala bagi pria atau wanita ketika beramal atau
melakukan perbuatan baik. Semuanya sama di sisi Allah, siapa yang
beramal ikhlas dan sesuai syariat, pria atau wanita, pasti akan
mendapatkan kebaikan.

Ketika Barat memberikan kebebasan multak dengan emansipasinya kepada
wanita atau Timur yang membelenggu hak-hak wanita Islam, Islam justru
meletakkan wanita pada tempat yang layak sesuai dengan kodrat
kewanitaannya. Islam tidak membelenggu kebebasan dan kemerdekaan
wanita dan juga tidak melepaskannya sama seperti pria, tanpa
memperhatikan kodrat kewanitaan yang berbeda dengan pria, seperti
haidh, melahirkan, menyusui dan lain-lain.

Dari ungkapan Rasulullah saw “فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى الله
ورسوله فهجرته إلي الله ورسولهmenunjukkan bahwa perintah hijrah pada
masa Rasulullah saw. adalah perintah yang sangat penting dan
melaksanakan perintah tersebut merupakan bagian dari strategi politik
dakwah. Allah memerintahkan Rasulullah dan sahabat untuk membina
masyarakat Islam di kota Yatsrib.

Hijrah secara bahasa berarti “tarku” (meninggalkan). “Hijrah ila syai”
berarti “intiqal ilaihi ‘an ghairi” (berpindah kepada sesuatu dari
sesuatu).
Menurut istilah, hijrah berarti “tarku maa nahallahu ‘anhu”
(meninggalkan sesuatu yang dilarang Allah)

Hijrah menurut sejarah penetapan hukum (tarikh tasyri) adalah
berpindahnya kaum muslimin dari kota Mekah ke kota Madinah, dan juga
dari kota Mekah ke kota Habasyah.

Pengertian hijrah secara khusus dibatasi hingga penaklukan kota Mekah.
Setelah itu hijrah dengan makna khusus sudah berakhir, maka tinggallah
perintah hijrah dengan makna umum, yaitu berpindah dari negeri kafir
ke negeri iman. Makna kedua ini berlaku setelah penaklukan kota Mekah.

Hijrah dalam sejarah perjuangan Rasul merupakan strategi dakwah Islam.
Para sahabat berlomba-lomba melakukan hijrah, baik dari kota Mekah
maupun dari negeri dan kawasan sekitar Mekah, karena mereka memahami
bahwa hijrah adalah bagian dari syariat dan strategi dakwah Rasul.

Melaksanakan perintah hijrah merupakan bagian dari strategi politik
dakwah dan hukumnya wajib bagi para sahabat yang berada di luar kota
Madinah. Allah memerintahkan Rasulullah saw dan sahabat untuk membina
masyarakat Islam di kota Yatsrib. Hijrah dalam sejarah perjuangan
Rasul merupakan strategi dakwah Islam. Para sahabat berlomba-lomba
melakukan hijrah, baik dari kota Mekah maupun dari negeri dan kawasan
sekitar Mekah, karena mereka memahami bahwa hijrah adalah bagian dari
syariat dan strategi dakwah Rasul.

Rasulullah saw. menjanjikan pahala yang besar bagi yang berhijrah dan
menjadi catatan atau aib jika seorang muslim tidak berhijrah. Semangat
hijrah adalah semangat mentaati pemimpin dan semangat melaksanakan
kebijakan dakwah. Kesempatan untuk mendapatkan keutamaan hijrah pun
dibatasi dengan takluknya kota Mekah. Rasulullah saw. bersabda, “Tidak
ada lagi hijrah setelah penaklukan kota Mekah. Yang masih ada adalah
jihad dan niat.” Kenapa, karena memang strategi hijrah pada masa Rasul
saat itu adalah mengumpulkan kekuatan dari kota Mekah ke kota Madinah.

Disebutkan dalam riwayat dengan sanad yang lemah dari Ibnu Mas’ud, ia
berkata, “Suatu perkataan tidak akan bermanfaat kecuali dengan
perbuatan. Suatu perkataan dan perbuatan tidak bermanfaat kecuali
dengan niat. Tidak akan bermanfaat suatu perkataan, perbuatan dan niat
kecuali jika sesuai dengan syariat Islam.”

Kerja dakwah yang sangat besar ini harus dipikul oleh banyak orang.
Agar lebih rapih dan hasilnya maksimal, maka diperlukan pembagian
kerja yang proporsional. Sehingga setiap job dan lapangan dakwah diisi
oleh orang yang paham dan ahli. Jenis job dan pekerjaan itu sendiri
tidaklah sama antara satu dengan yang lain. Ada yang menjadi pemimpin,
ada yang dipimpin. Ada panglima, ada tentara. Ada ketua, ada anggota.
Ada yang menjadi panitia, ada yang menjadi penceramah. Ada yang
tampil, ada yang tidak tampil. Ada yang memimpin rapat, ada yang
menyiapkan teh dan seterusnya. Semua di sisi Islam adalah sama, yaitu
ibadah dan taat kepada Allah. Semua itu bergantung pada niat
pelakunya. Jika semua bekerja dengan niat yang ikhlas, maka bangunan
Islam akan tampak megah dan menarik. Tetapi jika masing-masing ingin
tampil dan ingin dikenal, maka akan terlihat Islam penuh dengan umat
yang saling baku hantam satu dengan yang lain.

Sangat bijak apa yang dikatakan oleh Ibnu Mubarak, “Berapa banyak
pekerjaan yang kecil dan ringan, tetapi menjadi besar pahalanya karena
niat. Dan berapa banyak pekerjaan yang besar, tetapi menjadi tidak
bernilai karena niatnya tidak ikhlas.”

Penutup

Pemahaman yang luas dan dalam terhadap ajaran Islam dapat menjaga dan
meningkatkan ma’nawiyah. Keikhlasan tidak boleh bergantung kepada
orang lain, tetapi berdasarkan pemahaman bahwa Allahlah yang melihat,
memberi balasan dan menghukum, bukan orang lain.

Jika kita menyaksikan saudara muslim kita yang lebih senior melakukan
kekhilafan atau melanggar komitmen, maka hal itu tidak akan
mengendorkan semangat dan keikhlasan dalam bekerja. Atau jika aktivis
sudah banyak berbuat untuk dakwah, maka keikhlasannya tidak akan
terganggu dan rusak hanya karena diberikan jabatan atau tidak.

Jika aktivis dakwah melihat para yuniornya tidak menghormati dan tidak
menghargainya, maka dengan niat yang ikhlas dia tidak akan
tersinggung, karena dia yakin bahwa apa yang pernah ia lakukan akan
dicatat dan diberikan ganjaran oleh Allah, diketahui manusia atau
tidak. Disebut-sebut oleh manusia atau tidak.

Keikhlasan janganlah dijadikan alasan untuk tidak profesional dan
tidak mau tampil. Profesionalisme merupakan karakter hamba yang
dicintai Allah dan merupakan tuntutan amal da’wi dan amal tarbawi.
Dengan kepribadian dan dengan profesionalisme seseorang dituntut untuk
tampil ke depan agar masyarakat melihat citra Islam yang baik.

Gerakan dakwah harus memiliki tokoh dan sekarang saatnya bagi aktivis
dakwah untuk ditokohkan di masyarakat melalui berbagai sarana.
Masyarakat kita memerlukan tokoh bersih dan idealis. Semua upaya
memunculkan tokoh janganlah dibenturkan dengan keikhlasan. Pemunculan
tokoh dalam tiap bidang adalah bagian dari kerja dakwah jangka
menengah dan jangka panjang. Proses ke sana itu harus dilakukan dengan
profesional.

Penutup kalam bahwa ikhlas adalah salah satu rahasia Allah yang tidak
dapat diketahui oleh manusia, kecuali Allah saja dan orang yang
bersangkutan. Jadi tidak ada alasan bagi kita untuk menilai seseorang,
ikhlas atau tidak ikhlas. Wallahu a’lam.

hati-hati dengan prasangka!!!

astagfirullahaladzim... ternyata sebuah sikap, ucapan, sms terkadang membuat orang lain terbutakan. informasi yang abstrak ternyata mampu menyulut sebuah kebohongan publik. dan sungguh, masa itu berlalu begitu cepat hingga aku tak menyadari adanya sebuah masalah masa lalu yang sebenarnya sudah mampu aku selesaikan...

Ya Rabb, alhamdulillah Engkau telah memberi hamba-Mu ini yang terbaik dengan masalah-masalah yang timbul. ini adalah tentang prasangka yang tak mampu diejawantahkan secara bijak oleh muslim dan muslimat...

sekali lagi... astagfirullahaladzim... aku mendapati sebuah permasalahan yang abstrak dan aku sendiri merasa dibohongi, dan itulah yang kini terjadi. jalan dakwah itu memang terjal dan berliku, ketika permasalahan itu muncul ternyata ada sebuah kesalahpahaman dalam bersikap.

hendaklah kita senantiasa 'tabayyun'... kenalilah masalah dengan bijak, tanyakan dengan yang bersangkutan, berilah penjelasan yang membangun karakter... hindari kebohongan, fitnah dan segala macam informasi yang tampaknya perlu klarifikasi lebih lanjut...

Ya Allah lukndungilah hamba-Mu dari segala prasangka yang menganggu jalan dakwah hamba-Mu... segala prasangka yang akhirnya membuat hamba-Mu semakin merasa bersalah...