Selasa, 29 Desember 2009

Kompetisi Website Kompas MuDA - KFC

Persyaratan:
* Web/blog pribadi pelajar SLTA - Mahasiswa (15 - 22 th)
* Web/blog institusi SLTA
* Web/blog yang ditujukan untuk komunitas anak muda
* Untuk perseorangan atau tim, boleh mengirimkan alamat web/blog lebih dari satu.
* Bisa menggunakan top level domain sendiri atau subdomain atau memanfaatkan fasilitas blog gratisan



*Di halaman web/blog, harus menyertakan kata kunci: Kompetisi Website Kompas MuDA - KFC, yang bisa terbaca secara mudah. Lokasi penempatan kata kunci itu bebas.
*Penilaian meliputi kualitas tulisan, desain, tingkat popularitas dan peringkat web/blog kamu di Google. Juri akan menggunakan mesin pencari Google.co.id untuk mengecek peringkat web kamu dengan kata kunci: Kompetisi Website Kompas MuDA - KFC.
*Mencantumkan tautan balik (backlink) ke www.mudaers.com (sebuah link ketika diklik mengarah ke www.mudaers.com)
*Boleh memanfaatkan web/blog lama yang sudah ada atau bisa membuat web/blog baru.
*Web/blog yang dilombakan minimal memuat satu halaman tulisan (minimal 3.000 karakter termasuk spasi) dengan tema: Bangga Indonesia.
*Tulisan orisinal, tidak boleh copy-paste karya orang lain.
*Kirimkan alamat web/blog kamu ke email lombaweb@mudaers.com This e-mail address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it . Di email itu, cantumkan nama kamu, tempat/tgl lahir, alamat, nama sekolah/kuliah, nomor telepon, dan scan (bisa juga difoto) KTP/SIM/kartu pelajar/kartu mahasiswa. Subyek email adalah berupa alamat web/blog kamu.
*Link web/blog diterima panitia paling lambat 17 Februari 2010.

Hadiah Kompetisi:
Pemenang I : Uang Tunai Rp 3.000.000 Plus Hadiah Menarik
Pemenang II: Uang Tunai Rp 2.000.000 Plus Hadiah Menarik
Pemenang III: Uang Tunai Rp 1.000.000 Plus Hadiah Menarik

Rabu, 16 Desember 2009

perjalanan...

sebuah kejenuhan biasanya terjadi manakala kita diam atau tidak melakukan tindakan yang berarti. inilah dinamika kehidupan yang dialami oleh manusia...

Minggu, 15 November 2009

kejenuhan...

kembali bosan namun tidak diperkenankan...
karena manusia memiliki jalan hidup yang harus dilalui secara bijak, hanya saja segala sesuatunya akan terjadi dan entah seperti apa hasilnya. perjalanan hidup seperti sebuah pohon, dimulai dari akar yang menguatkan semangat dan juga konsep dasar bagaimana manusia melangkah dalam perjalanan waktunya. kemudian batang yang membuat kita yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi akan ada hikmahnya, batang memiliki filosofi bahwasanya hidup itu diupayakan teguh pada pendirian tanpa keras kepala. kemudian ranting yang merupakan hubungan sosial antara kita dan juga lingkungan, termasuk teman yang lain. hubungan itu terjalin atas dasar cinta karena Allah SWT sehingga semakin menguatkan ukhuwah diantara seluruh ummat. ranting juga merupakan pilihan bagaimana hidup kita kedepannya, adakalnya kita dihadapkan pada permasalahan yg rumit sehingga kita tidak bisa memilih jalan yang terbaik. daun merupakan solusi terbaik yang kita ambil dari segala permasalhan hidup dan juga semangat serta hubungan yang kita jalin dengan orang lain. dari daun yang lebat ini, manusia memiliki banyak hasil akhir yang akan menentukan kedepannya.

terakhir adalah buah dari segala macam perbuatan dan juga solusi yang kita dapat, hanya saja konsep hati yang berkesinambungan dengan akal berperan disini. adakalanya hasil akhir ini membuat manusia lupa bahwasanya Allah Maha Adil dan Bijaksana....

kuliah nggak jelas... mapping pun entah gimana...??? pi harus semangat...!!!

wah hari ini kembali vakum...mirip vaccum cleaner...

huah...

kembali mendung di siangnya...semalem udah cape banget maen futsal ma temen2 bem... pi enak juga jadi banyak kegiatan...


huah...
kembali mengantuk setelah sekian lama duduk di pagi hari depan komputer...


huah...
nguantuk rek...


bismillah...
keep istiqomah wal hamasah akhi...!!!\^o^/

Rabu, 04 November 2009

SEBUAH AMANAH DARI SURABI HANGAT

Pagi hari yang cukup indah, burung-burung berkicau merdu dan seakan membuat hati ini syahdu. Beberapa awan mulai bergerak diterpa oleh sejuknya angin pagi, beberapa orang mulai sibuk untuk memulai aktivitas di hari libur ini. Kali ini Ihsan mulai melangkah untuk mencari sarapan pagi, tujuannya seperti biasa membeli surabi hangat di Cibeusi bersama kedua temannya, Dodi dan Mail. Ketiganya berjalan kaki perlahan sambil berdiskusi mengenai dakwah kampus, salah seorang diantara mereka, Dodi, merupakan ketua ROHIS Fakultas di sebuah perguruan tinggi ternama di Jatinangor.
Berasal dari tempat berbeda, namun semakin memperkuat ukhuwah diantara ketiganya.
“Akh, nanti sore mentoringnya gimana…?” Tanya Mail kepada Dodi.
“Insya Allah tetep jadi, tapi kemungkinan ane gak bisa mengisi materi… jadi mungkin antum aja yang megang,”
“Antum mau kemana…?” Tanya Ihsan.
“Ada agenda rutin tiap sore minggu euy… makanya minggu kemarin juga ane minta supaya mentoringnya dipindah hari, ke hari Sabtu yang kosong…,”
“Hmm… yaudah berarti nanti ane kasih tau ke adik-adik mentor,”
“Oh ya San… biasanya si Teh Ian minta dikirimin surabi,” kata Dodi.
“Astagfirullahaladzim… iya ya, yaudah nanti ane hubungin beliau, sekarang mari kita bersama-sama menikmati sarapan pagi…!?”
“Inget… sepertiga… kayak lagunya Tashiru,” papar Mail.
Mereka bertiga tertawa kecil dan terus melanjutkan perjalanan, Ihsan sendiri mulai mengirimkan pesan untuk Teh Ian, orang yang selama ini menjadi tempat untuk berbagi cerita dan juga sharing. Jalan raya mulai dipenuhi kendaraan roda dua yang hendak menuju kampus untuk belanja di pasar kaget, beberapa pemuda mulai berlari untuk olahraga pagi, sementara yang lainnya mulai membawa pasangan sementara masing-masing untuk menuju keramaian.
Lima belas menit kemudian mereka bertiga akhirnya sampai di tempat tujuan, dan ternyata sudah menanti tiga orang perempuan yang dengan santainya menyantap surabi hangat. Dodi mulai memesan tiga buah surabi ditambah telur, menu yang biasa ditawarkan disini. Segelas teh hangat mulai menemani pembicaraan diantara ketiganya.
“Mail, kondisi kader di Geologi gimana…?” Tanya Ihsan.
“Alhamdulillah sudah mulai ada pembinaan yang intensif, kita sudah mulai alur kaderisasi yang baru agar terbentuk kader-kader bermutu yang siap melanjutkan dakwah Islam ketika kami para seniornya sudah lulus,”
“Baguslah kalau begitu, temen-temen fakultas yang lain selalu nanyain Geologi loh… perkembangan dakwahnya, para kadernya dan juga kegiatan dakwah disana, oh iya… antum sudah siap jadi ketua GEMA…??!” Ihsan mulai bertanya kepada Mail.
“Hmm… Insya Allah sudah ada yang cocok jadi ketua kok, ane sih tsiqah aja ama ketua selanjutnya…”
“Antum punya kemampuan loh… kenapa nggak dicoba aja?” papar Dodi.
Mail hanya tersenyum kecil, akhirnya surabi hangat pun tiba, mereka bertiga mulai menyantap perlahan ditemani gorengan dan juga sambal yang mantap. Waktu menunjukkan pukul tujuh pagi, dan sebuah pesan muncul dari layar HP Ihsan.
‘Wa’alaikumsalam… boleh atuh, tapi pesen surabinya dua ya, buat adik kamu juga tuh Ihsan… kebetulan kita berdua habis mabit bareng dikosan…^_^’
Ihsan tersenyum kecil, ternyata adik perempuannya sedang berada disana. Ia memesan kembali dua buah surabi untuk mereka berdua, sambil mengambil air minum untuk dinikmati bersama kedua temannya. Ketiga perempuan yang duduk di depan sudah selesai dengan sarapannya, mereka bertiga mulai mengambil alih tempat duduk dan kembali menyantap surabi hangat dan juga mengambil beberapa gorengan sebagai pelengkap sarapan kali ini.
“Oh ya San, antum kapan mau berangkat KKN…?” Tanya Mail.
“Insya Allah minggu depan, lagi menunggu kabar dari ketua kelompok juga sih.”
“Dapet daerah mana San…?”
“Padalarang, lokasinya deket tempat yang bulan kemarin Mail teliti…”
Mail hanya mengangguk pelan. Beberapa orang mulai datang untuk memesan surabi hangat seperti ketiganya. Surabi buatan si bibi sangat enak dan mungkin hanya satu-satunya penjual surabi disini. Tempat jual surabi lainnya berjarak cukup jauh dari kosan mereka bertiga, sehingga lebih memilih untuk membeli surabi disini.
Ihsan sudah selesai dengan sarapannya, berbarengan dengan matangnya surabi pesanan untuk Teteh dan adiknya. Ia mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya untuk membayar surabi yang barusan ia makan dan juga pesanan barusan.
“Ane duluan ya… takut surabinya dingin, assalamualaikum…!”
“Wa’alaikumsalam…!”
“Hati-hati San…,” imbuh Mail.
Ihsan tersenyum kecil dan mulai meninggalkan tempat ini. Ia berjalan cukup cepat dan akhirnya sampai di tempat tujuan. Setelah mengucapkan salam akhirnya seseorang membukakan pintu,
“Eh kak Ihsan… oh iya mana surabinya…?”
Ihsan tersenyum kecil dan memberikan surabi yang dibawanya untuk sang adik tercinta. Beberapa saat kemudian Teh Ian keluar sambil membawa sebuah buku,
“Assalamualaikum…,” sapa Teh Ian sambil tersenyum.
“Wa’alaikumsalam… oh ya teh, surabinya udah ama Rina.”
“Alhamdulillah… makasih banget, wah kayaknya tiap minggu wajib ngirim nih,”
“Iya kak, buat ade juga… kan kakak suka manggung buat ngisi acara nasyidan…?! Jadi pasti ada royalty atas suara emas kakak… heheh…,”
“Wah… wah… jadi pada nagih nih, kakak nyanyi juga dapet tepuk tangan penonton ama sertifikat. Kalo dana mah dari orang tua juga… tapi Insya Allah tek kirimin deh tiap minggu,”
Mereka bertiga tertawa kecil,
“Oh iya… kang Ihsan, semalem Rina curhat kalau mau pindah kosan… bareng ama teteh disini, diizinin nggak…?!”
“Mmm, boleh-boleh aja… jadi ada yang ngawasi teh, kan ane nggak perlu bolak-balik buat ngawasin kegiatan Rina. Jadi ada yang ngebantu buat ngajarin Rina berbagai macam hal,”
“Teteh nggak jago-jago amat kok, cuma karena kuliah duluan makanya jadi lebih ngerti…,”
“Ya tapi kan jadi ada yang ngebantu…,”
“Insya Allah…,”
Rina dan Teh Ian mulai menyantap surabi hangat ini, Ihsan sendiri duduk santai sambil membalas beberapa pesan yang masuk.
“Oh iya kak, mau minum nggak…??!” Tanya Rina.
“Boleh deh…,”
Rina segera mengambilkan air minum untuk kakaknya,
“Kang Ihsan… teteh ada sebuah amanah yang mungkin bisa dilaksanakan,” kata Teh Ian sambil tersenyum.
“Mmm… amanah yang seperti apa ya…? Insya Allah ane bisa laksanakan semisal amanah yang lain sudah terlaksana, bisi amanah yang sebelumnya masih belum selesai dilaksanakan,”
“Jadi gini…,”
Teh Ian mulai menceritakan sebuah amanah yang mungkin hanya Ihsan yang mampu untuk melaksanakannya, beberapa saat kemudian Rina datang dengan membawa minuman untuk dinikmati bersama kali ini. Amanah ini cukup urgen, karena berhubungan dengan kelangsungan dakwah Islam di lingkungan kampus. Berdasarkan analisa majelis syuro lembaga dakwah kampus, Ihsan masuk dalam kandidat calon ketua lembaga dakwah kampus tahun depan. Sebenarnya masih ada dua orang lagi yang menjadi kandidat kuat, namun Ihsan memiliki ciri khas yang berbeda dari kedua calon yang lain. Ihsan terus diawasi pergerakan dakwahnya selama ini, dan dinilai layak dari segi semangat, kemauan dan juga gaya bahasa ketika menyampaikn materi yang menggugah hati siapa pun yang mendengarkan. Kehidupan dakwah Ihsan mungkin baru dimulai selama kuliah, berbeda dengan dua calon yang lain, mereka sudah dibina sejak SMA.
“Keputusan memang akan ada dari hasil syuro kedepannya… tapi kang Ihsan siap-siap aja untuk menyampaikan visi, misi dan program kedepannya untuk meneruskan dakwah Islam di kampus. Dari yang selama ini didiskusikan, kang Ihsan memiliki kapabilitas yang cukup tinggi untuk menjadi seorang pemimpin… tinggal dipikirkan saja, apakah mau mengambil atau memberikannya kepada orang lain…?”
“Kak Ihsan ambil aja… kakak memang memiliki kualitas yang luar biasa, jadi sayang sekali kalau tidak disampaikan kepada kader dakwah yang lainnya, Rina sangat mendukung kakak untuk menjadi pemimpin kader dakwah di kampus…!” imbuh Rina.
Ihsan tersenyum kecil, ia tertunduk sejenak untuk mencerna dengan baik perkataan barusan. Hal yang sudah alam ia pikirkan pasti akan terjadi, dan sekarang ia harus memutuskan sebuah hal yang akan menajdi tinta emas dalam sejarah kehidupan dakwahnya.
“Ane pikirkan lagi ya…,”
“Semangat kak…!!”
“Sudah waktunya kang Ihsan untuk unjuk kemampuan, bakat yang terpendam selama ini…,” imbuh Teh Ian.
“Insya Allah Teh Ian…,” Ihsan tersenyum kecil. Babak baru akan segera dimulai. Setelah mengucapkan salam, Ihsan berlalu dari hadapan mereka berdua, ia berjalan sambil tersenyum dan sesekali menghela nafas.
‘Ya Allah… semoga hamba-Mu ini tetap istiqomah dalam jalan dakwah-Mu, tak kenal lelah untuk menyampaikan risalah dan kebenaran… jika memang ini adalah jalan yang Engkau tunjukkan, maka tetapkanlah hati ini untuk menerimanya dengan penuh keyakinan… Wahai Dzat yang selalu memberikan jalan yang terbaik bagi hamba-Nya.’

Amar Ma’ruf Nahi Munkar - Memerintahkan Kebaikan dan Mencegah Kemungkaran

Islam bukanlah agama individual/nafsi- nafsi yang hanya mementingkan diri sendiri. Namun juga merupakan agama sosial di mana setiap anggota masyarakat harus melakukan kewajiban Amar Ma’ruf Nahi Munkar terhadap sesama. Menyuruh mengerjakan kebaikan dan Mencegah perbuatan mungkar.
“Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasihat menasihati dengan kebenaran dan nasihat menasihati dengan kesabaran.” [Al ‘Ashr 2-3]
Dari surat Al ‘Ashr di atas jelas. Selain beriman dan mengerjakan perbuatan baik, kita juga harus nasehat-menasehati dengan kebenaran dan kesabaran. Artinya kita tidak bisa diam saja melihat kemungkaran, namun dengan sabar terus menasehati agar orang-orang lain juga ikut berbuat baik dan benar dan menghentikan perbuatan mungkar.
Allah menyebut orang yang shalat, menunaikan zakat, dan menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah kemungkaran sebagai penolong agamaNya
“Orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi niscaya mereka mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.” [Al Hajj 41]
Luqman juga menyuruh anaknya untuk menyuruh berbuat kebaikan dan mencegah perbuatan mungkar dan bersabar terhadap resiko yang mungkin dihadapi karena itu.
Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah manusia mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” [Luqman 17]
Jika kita tidak mau melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, maka Allah akan menyiksa kita dengan pemimpin yang zhalim dan menindas kita dan tidak mengabulkan segala doa kita:
Hendaklah kamu beramar ma'ruf (menyuruh berbuat baik) dan bernahi mungkar (melarang berbuat jahat). Kalau tidak, maka Allah akan menguasakan atasmu orang-orang yang paling jahat di antara kamu, kemudian orang-orang yang baik-baik di antara kamu berdo'a dan tidak dikabulkan (do'a mereka). (HR. Abu Zar)
Allah mengutuk para pendeta Yahudi dan Nasrani karena mereka meninggalkan amar ma’ruf dan nahi munkar dan menyiksa mereka dengan bencana dan malapetaka.
Wahai segenap manusia, menyerulah kepada yang ma'ruf dan cegahlah dari yang mungkar sebelum kamu berdo'a kepada Allah dan tidak dikabulkan serta sebelum kamu memohon ampunan dan tidak diampuni. Amar ma'ruf tidak mendekatkan ajal. Sesungguhnya para robi Yahudi dan rahib Nasrani ketika mereka meninggalkan amar ma'ruf dan nahi mungkar, dilaknat oleh Allah melalui ucapan nabi-nabi mereka. Mereka juga ditimpa bencana dan malapetaka. (HR. Ath-Thabrani)

Kita wajib melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar serta saling nasehat-menasehati. Tidak ada yang maksum selain Nabi. Oleh karena itu, manusia biasa, ustadz, ulama, atau murobbi dan sebagainya, jika keliru, kita wajib mengkoreksinya. Jika tidak, maka nasib kita seperti para Rabi Yahudi dan Rahib Nasrani yang dilaknat Allah. Jika kemaksiatan dan kemungkaran merajalela, maka Allah menurunkan siksa yang tidak hanya menimpa orang yang zalim saja.
“Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.” [Al Anfaal 25]
Bahkan pada shalat pun meski kita telah memilih Imam (pemimpin) yang paling alim dan paling saleh misalnya seperti Nabi Muhammad, tetap saja kita berkewajiban mengingatkan Imam jika mereka salah atau lupa dalam shalat. Apalagi jika manusia itu di bawah level Nabi seperti wali, ulama, murobi, dan sebagainya. Ini Nabi sendiri yang memerintahkan.
Bahkan Nabi menyatakan bahwa jihad paling utama adalah menyampaikan kebenaran di depan penguasa yang zalim dan kejam meski dia menanggung resiko hukuman yang amat berat.
Jihad paling afdhol ialah menyampaikan perkataan yang adil di hadapan penguasa yang zalim dan kejam. (HR. Aththusi dan Ashhabussunan)
Nabi menyatakan bahwa jika kita melihat kemungkaran, hendaknya kita merubah dengan tangan kita. Jika tidak mampu dengan lisan (ucapan) atau pun tulisan kita. Jika tidak mampu juga dengan hati (diam dan membenci dalam hati). Namun itu adalah selemah-lemahnya iman. Dengan hati ini artinya membenci dalam hati. Jika mampu dia akan merubahnya dengan lisan atau pun tangan.
“Barangsiapa melihat suatu kemungkaran hendalah ia merobah dengan tangannya. Apabila tidak mampu, hendaklah dengan lidahnya (ucapan), dan apabila tidak mampu juga hendaklah dengan hatinya dan itulah keimanan yang paling lemah. (HR. Muslim)
Sayang saat ini sebagian ummat Islam yang untuk diam saja tidak mampu. Melainkan turut serta mendukung kemungkaran baik dengan lisan/tulisan mau pun tangan.. Sebagai contoh meski Neoliberalisme yang diusung kaum kapitalis Yahudi dan Nasrani bertentangan dengan Islam, sebagian ummat Islam justru mendukungnya karena kebodohannya. Begitu juga aliran sesat banyak yang berkembang dan didukung keberadaannya oleh sebagian Muslim. Ashobiyyah/fanatism e golongan/nasionalis me kebablasan yang memecah-belah ummat Islam di seluruh dunia hingga saling bunuh satu sama lain juga harus dicegah sekuat kita.
Seandainya seseorang dapat hidayah melalui kita, maka itu sangat baik bagi kita.
“Apabila Allah memberi hidayah kepada seseorang melalui upayamu, itu lebih baik bagimu daripada apa yang dijangkau matahari sejak terbit sampai terbenam.(HR. Bukhari dan Muslim)
Nabi berkata bahwa bukanlah dari golongan Nabi orang yang tidak mau beramar ma’ruf nahi munkar.
Bukanlah dari golongan kami orang yang tidak mengasihi dan menyayangi yang lebih muda, tidak menghormati orang yang lebih tua, dan tidak beramar ma'ruf dan nahi mungkar. (HR. Tirmidzi)
Tentu saja dalam beramar ma’ruf nahi mungkar kita harus melakukannya dengan cara sebaik-baiknya sehingga tidak menyebabkan orang banyak menjauh.
Permudahlah (segala urusan), jangan dipersulit dan ajaklah dengan baik, jangan menyebabkan orang menjauh. (HR. Bukhari)
Allah mengajarkan kita untuk berdebat dengan cara yang paling baik.
Dan janganlah kamu berdebat dengan Ahli Kitab, melainkan dengan cara yang paling baik, kecuali dengan orang-orang zalim di antara mereka..” [Al ‘Ankabuut 46]
“Serulah manusia kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik...” [An Nahl 125]
Bahkan jika perlu, karena menolaknya dengan cara yang sangat baik, akhirnya orang yang kita cegah itu berubah jadi teman yang setia.
“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan.. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.
Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” [Fushshilat 34-35]
Tentu saja jika kita diserang, kita wajib membela diri. Namun dengan cara-cara yang baik sehingga orang banyak yang simpati. Bukan dengan cara yang menimbulkan kebencian orang banyak. Nabi Muhammad SAW sudah membuktikannya sehingga orang yang dulu jadi musuhnya seperti Umar ra, Khalid bin Walid, Wahsyi, Abu Sofyan, dan sebagainya berubah menjadi sahabatnya.
Tidaklah seharusnya orang menyuruh yang ma'ruf dan mencegah yang mungkar kecuali memiliki tiga sifat, yakni lemah-lembut dalam menyuruh dan dalam melarang (mencegah), mengerti apa yang harus dilarang dan adil terhadap apa yang harus dilarang. (HR. Ad-Dailami)
Tapi untuk melakukan amar ma’ruf nahi munkar, kita harus melaksanakannya dulu. Ibda bi nafsik! Mulailah dari diri kita sendiri, kemudian baru menyuruh orang lain. Jika tidak, resikonya adalah dilempar ke neraka.
Pada hari kiamat seorang dihadapkan dan dilempar ke neraka. Orang-orang bertanya, "Hai Fulan, mengapa kamu masuk neraka sedang kamu dahulu adalah orang yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah perbuatan mungkar?" Orang tersebut menjawab, "Ya benar, dahulu aku menyuruh berbuat ma'ruf, sedang aku sendiri tidak melakukannya. Aku mencegah orang lain berbuat mungkar sedang aku sendiri melakukannya. " (HR. Muslim)
Dalam memberi nasehat juga harus ada hari liburnya agar mereka tidak jenuh/bosan.
Nabi meniadakan pemberian pelajaran untuk beberapa hari karena khawatir kejenuhan kami. (HR. Ahmad)
Allah baru menyiksa manusia jika mereka sudah tidak mau mencegah kemungkaran yang ada di hadapannya.
Sesungguhnya Allah 'Azza wajalla tidak menyiksa orang awam karena perbuatan dosa orang-orang yang khusus sehingga mereka melihat mungkar di hadapan mereka dan mereka mampu mencegahnya, tetapi mereka tidak mencegahnya. Kalau mereka berbuat demikian maka Allah menyiksa yang khusus dan yang awam seluruhnya. (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani)
Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah adalah orang yang paling banyak menasehati sesama (tentunya sesudah dia sendiri mengamalkannya) .
Orang yang paling tinggi kedudukannya di sisi Allah pada hari kiamat ialah yang paling banyak berkeliling di muka bumi dengan bernasihat kepada manusia (makhluk Allah). (HR. Ath-Thahawi)
Perintah Allah jelas: Menyuruh orang berbuat baik dan mencegah perbuatan yang mungkar.
Pada suatu hari Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya: "Kamu kini jelas atas petunjuk dari Robbmu, menyuruh kepada yang ma'ruf, mencegah dari yang mungkar dan berjihad di jalan Allah. Kemudian muncul di kalangan kamu dua hal yang memabukkan, yaitu kemewahan hidup (lupa diri) dan kebodohan. Kamu beralih kesitu dan berjangkit di kalangan kamu cinta dunia. Kalau terjadi yang demikian kamu tidak akan lagi beramar ma'ruf, nahi mungkar dan berjihad di jalan Allah. Di kala itu yang menegakkan Al Qur'an dan sunnah, baik dengan sembunyi maupun terang-terangan tergolong orang-orang terdahulu dan yang pertama-tama masuk Islam. (HR. Al Hakim dan Tirmidzi)
Namun tidak jarang orang karena kemewahan hidup dan cinta dunia akhirnya tidak mau lagi beramar ma’ruf nahi munkar. Bahkan karena mendapat uang atau jabatan, tidak segan-segan mereka justru mendukung kemungkaran dan mencegah perbuatan baik.
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar...” [An Nuur 21]
Semoga kita semua diberi kekuatan oleh Allah SWT sehingga bisa mengerjakan perbuatan baik dan menjauhi kemungkaran serta mengajarkannya kepada orang lain.
Sumber:
1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr. Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press
Al Qur’an Digitan dan Hadits Web yang bisa didownload di www.media-islam. or.id

KETENANGAN JIWA DAPAT MENDATANGKAN KEBAHAGIAAN DUNIA DAN AKHERAT

" Tenangkanlah jiwamu dari urusan kepentingan dunia, sebab apa yang telah dijanjikan oleh Allah maka janganlah kamu turut memikirkan "

Kecemasan atau ketidak tenangan jiwa kebanyakan disebabkan oleh permainan pikiran yang mengkhawatirkan kejadian-kejadian buruk yang akan menimpa diri kita. Padahal kejadian itu sendiri belum tentu akan terjadi. Hal ini biasanya di alami oleh orang-orang yang kurang bertawakal kepada Allah dan tidak mau mengamalkan Firman-Nya yang berbunyi :

" Barang siapa yang mau bertawakal (berserah) diri kepada Allah niscaya Dia akan mencukupi kebutuhannya ". (QS. Ath-Tholaaq ayat 3).

Ayat diatas diperkuat lagi dengan Hadits Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi yang berbunyi :

" Seandainya kamu semua bertawakal kepada Allah dan berserah diri sepenuhnya, niscaya kamu akan mendapat rizki seperti rizkinya burung-burung yang di waktu pagi-pagi dalam keadaan lapar dan kembali serta dengan perut kenyang ".

Seandainya kita mau berpegang teguh kepada Firman Allah dan Hadits Rasulullah sebagaimana tersebut diatas, niscaya jiwa kita akan merasa tenang dan tentram. Dan hal ini Insya Allah akan mendatangkan kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Selain itu juga terdapat beberapa ayat dan Hadits lain yang patut kita renungkan, agar tercapai ketentraman dan ketenangan jiwa yang kita dambakan. Beberapa Ayat dan Hadits tersebut antara lain terdapat dalam ;

1. Surat Al-Ahzab, ayat 41 - 42 ;

" Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kamu kepada Allah dengan sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang ".

2. Surat Al-Hijr, ayat 99 ;

" Dan sembahlah Tuhanmu sampai datang kepadamu yang diyakini (mati) ".

3. Surat Hut, ayat 6 ;

" Dan tidak ada suatu binatang melata pun dimuka bumi ini melainkan Allah yang memberi rizkinya ".

4. Surat Al-Ankabut, ayat 64 ;

" Adapun kehidupan di dunia ini hanyalah suatu kesenangan dan permainan (yang sifatnya sementara). Tetapi kehidupan akhirat itulah kehidupan hakiki (sebenar-benarnya) jika mereka itu mengerti ".

5. Surat Al-Qoshosh, ayat 88 ;

" Segala sesuatu itu akan hancur binasa, kecuali hanya Allah (Dia Yang Maha Kekal) ".

6. Surat Ath-Tholaq, ayat 3 - 4 ;

" Dan barang siapa yang berserah diri kepada Allah, maka Allah akan mencukupinya. Barang siapa yang takut kepada Allah, Tuhan akan menjadikan baginya kemudahan dalam urusan-urusan yang dihadapinya "

7. Surat Al-Mu'min, ayat 60 ;

" Berdo'alah kepada-Ku niscaya Aku perkenankan do'amu ".

8. Surat Al-Hadid, ayat 22 -23 ;

" Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri, melainkan telah tertulis dalam Kitab (Lauhul Mahfudn). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudahh bagi Allah. Kami terangkan yang demikian itu supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kami dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikannya kepadamu. Dan Dia tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri ".

9. Dalam Hadits Riwayat Bukhori ;

" Hendaklah engkau didunia ini seperti orang yang bepergiaan ".

Sungguh demikian besar kasih sayang Allah dan Rasul-Nya yang memberikan petunjuk untuk kebahagiaan hidup manusia. Tinggal kini apakah kita mau atau tidak untuk memperhatikan petunjuk-petunjuk tersebut.

Sumber : MATNUL HIKAM ( Syaikh Ibnu Atho'illah As-Sukandari )

* Jadilah Muslim Yang Berkualitas *

Kenali Ciri-ciri Pemimpin Berprinsip

Stephen R. Covey, penulis buku terkenal, 'Seven Habits of Highly
Effective People', dalam bukunya yang lain 'Principle Centered Leadership',
menggambarkan delapan ciri-ciri pemimpin yang berprinsip, sebagai berikut :

* Terus belajar
Pemimpin yang berprinsip menganggap hidupnya sebagai proses belajar yang
tiada henti untuk mengembangkan lingkaran pengetahuan mereka. Di saat yang
sama, mereka juga menyadari betapa lingkaran ketidaktahuan mereka juga
membesar. Mereka terus belajar dari pengalaman. Mereka tidak segan mengikuti pelatihan, mendengarkan orang lain, bertanya, ingin tahu, meningkatkan ketrampilan dan minat baru.

* Berorientasi pada menolong orang lain
Pemimpin yang berprinsip melihat kehidupan ini sebagai misi, bukan karir.
Ukuran keberhasilan mereka adalah bagaimana mereka bisa menolong orang lain.
Inti kepemimpinan yang berprinsip adalah kesediaan untuk memikul beban
orang lain. Pemimpin yang tak mau memikul beban Orang lain akan menemui
kegagalan. Tak cukup hanya memiliki kemampuan intelektual, pemimpin harus
mau menerima tanggung jawab moral dan sumbangsih.

* Memancarkan energi positif
Secara fisik, pemimpin yang berprinsip memiliki air muka yang menyenangkan
dan bahagia. Mereka optimis, positif, bergairah, antusias, penuh harap, dan
mempercayai. Mereka memancarkan energi positif yang akan mempengaruhi
orang-orang di sekitarnya. Dengan energi itu mereka selalu tampil sebagai
penengah, untuk menghadapi dan membalikkan energi destruktif menjadi
positif.

* Mempercayai orang lain
Pemimpin yang berprinsip mempercayai orang lain. Mereka yakin orang lain
mempunyai potensi yang tak tampak. Namun tidak bereaksi secara
berlebihan terhadap kelemahan-kelemahan manusiawi. Mereka tidak merasa hebat saat menemukan kelemahan orang lain. Ini membuat mereka tidak menjadi naif.

* Hidup seimbang
Pemimpin yang berprinsip bukan ekstrimis. Mereka tidak menerima atau menolak sama sekali. Mereka sadar dan penuh pertimbangan dalam tindakan. Ini membuat diri mereka seimbang, tidak berlebihan, mampu menguasai diri, dan bijak.
Sebagai gambaran, mereka tidak gila kerja, tidak fanatik, tidak menjadi
budak rencana-rencana. Dengan demikian mereka jujur pada diri sendiri, mau
mengakui kesalahan dan melihat keberhasilan sebagai hal yang sejalan
berdampingan dengan kegagalan.

* Melihat hidup sebagai sebuah petualangan
Pemimpin yang berprinsip menikmati hidup. Mereka melihat hidup ini selalu
sebagai sesuatu yang baru. Mereka siap menghadapinya karena rasa aman mereka datang dari dalam diri, bukan luar. Mereka menjadi penuh kehendak,
inisiatif, kreatif, berani, dinamis, dan cerdik. Karena berpegang pada prinsip, mereka tidak mudah dipengaruhi namun fleksibel dalam menghadapi hampir semua hal. Mereka benar-benar menjalani kehidupan yang berkelimpahan.

* Sinergistik
Pemimpin yang berprinsip itu sinergistik. Mereka adalah katalis perubahan.
Setiap situasi yang dimasukinya selalu diupayakan menjadi lebih baik. Karena
itu, mereka selalu produktif dalam cara-cara baru dan kreatif. Dalam bekerja
mereka menawarkan pemecahan sinergistik, pemecahan yang memperbaiki dan memperkaya hasil, bukan sekedar kompromi dimana masing-masing pihak hanya memberi dan menerima sedikit.

* Berlatih untuk memperbarui diri
Pemimpin yang berprinsip secara teratur melatih empat dimensi kepribadian
manusia: fisik, mental, emosi, dan spiritual. Mereka selalu memperbarui diri
secara bertahap. Dan ini membuat diri dan karakter mereka kuat, sehat dengan
keinginan untuk melayani yang sangat kuat pula.

Sekarang.. yakinkah anda sudah dapat menjadi pemimpin bagi diri sendiri
sebelum memimpin orang lain..? Semoga resep di atas dapat pula selalu
mengingatkan kita, memperbaharui pola pikir yang positif..



Salam SUKSES dan jabat ERAT



Junaedi
F01-08001
HP: 0813 1000 4288
===============================================================
Anda ingin meningkatkan taraf hidup serta menikmati arti SUKSES, sekaligus
hidup sehat ?
Klik disini : www.bisnisdahsyat2003.cjb.net

Minggu, 01 November 2009

BERSYUKUR


"AKU TAK SELALU MENDAPATKAN APA YANG KUSUKAI, OLEH KARENA ITU AKU SELALU MENYUKAI APAPUN YANG AKU DAPATKAN".

Kata kata diatas merupakan wujud syukur. Syukur merupakan kualitas hati yang terpenting. Dengan bersyukur kita akan senantiasa diliputi rasa damai, tentram dan bahagia. Sebaliknya, perasaan tak bersyukur akan senantiasa membebani kita. Kita akan selalu merasa kurang dan tak bahagia.


Ada dua hal yang sering membuat kita tak bersyukur. Pertama : Kita sering memfokuskan diri pada apa yang kita inginkan, bukan pada apa yang kita miliki. Katakanlah anda telah memiliki sebuah rumah,kendaraan, pekerjaan tetap, dan pasangan yang terbaik. Tapi anda masih merasa kurang. Pikiran anda dipenuhi berbagai target dan keinginan. Anda begitu terobsesi oleh rumah yang besar dan indah, mobil

"Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, setelah itu cintailah orang yang Anda nikahi". Ini perwujudan rasa syukur.

Ada cerita menarik mengenai seorang kakek yang mengeluh karena tak dapat membeli sepatu, padahal sepatunya sudah lama rusak. Suatu sore ia melihat seseorang yang tak mempunyai kaki, tapi tetap ceria. Saat itu juga si kakek berhenti mengeluh dan mulai bersyukur.

Hal kedua yang sering membuat kita tak bersyukur adalah kecenderungan membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain. Kita merasa orang lain lebih beruntung. Kemanapun kita pergi, selalu ada orang yang lebih pandai, lebih tampan, lebih cantik, lebih percaya diri, dan lebih kaya dari kita.

Saya ingat, pertama kali bekerja saya senantiasa membandingkan penghasilan saya dengan rekan-rekan semasa kuliah. Perasaan ini membuat saya resah dan gelisah. Sebagai mantan mahasiswa

Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan cerita mengenai seorang ibu yang sedang terapung di laut karena kapalnya karam, namun tetap berbahagia. Ketika ditanya kenapa demikian, ia menjawab, ''Saya mempunyai dua anak lak i-laki. Yang pertama sudah meninggal, yang kedua hidup ditanah seberang. Kalau berhasil selamat, saya sangat bahagia karena dapat berjumpa dengan anak kedua saya. Tetapi kalaupun mati tenggelam, saya juga akan berbahagia karena saya akan berjumpa dengan anak pertama saya di surga.''


Bersyukurlah !

Bersyukurlah bahwa kamu belum siap memiliki segala sesuatu yang kamu inginkan .....

Seandainya sudah, apalagi yang harus diinginkan ?

Bersyukurlah apabila kamu tidak tahu sesuatu ...

Karena itu memberimu kesempatan untuk belajar


"The best and most beautiful things in the world cannot be seen, not touched, but are felt in the heart."

10 KESALAHAN JATUH CINTA

Jatuh cinta memang berjuta rasanya. Biasanya orang yang sedang jatuh cinta memang cenderung "buta". Tidak jarang orang yang sedang jatuh cinta melupakan hal-hal mendasar yang sebetulnya penting untuk diperhatikan.

Nah, berikut ini 10 uraian kesalahan yang kerap dilakukan ketika seseorang jatuh cinta :

1. Menciptakan hubungan asmara tanpa membangun persahabatan dengannya. Mungkin Anda memang benar jatuh cinta secara mendalam padanya, tapi jangan lupa luangkan waktu sedikit banyak untuk mengetahui atau memperhatikan apa yang sesungguhnya ia inginkan atau ia perlukan. Sisihkan waktu untuk mempelajari kepribadiannya bukan hanya fisik semata.

2. Tidak jujur kepada diri sendiri. Seringkali orang yang sedang jatuh cinta memberikan batas toleransi yang berlebihan kepada pasangan. Mereka berpura-pura seolah-olah sikap pasangan bukan merupakan gangguan yang besar pada diri mereka atau mereka berharap agar masalah itu selesai seiring dengan berlalunya waktu.

3. Tidak "memperhatikan" diri Anda selama menjalin hubungan asmara. Banyak orang yang lupa "memperhatikan" dirinya sendiri selama menjalin hubungan asmara. Kebanyakan orang yang sedang dimabuk cinta ingin selalu berduaan dengan kekasihnya. Akibatnya orang-orang di sekitar mereka merasa diabaikan sehingga lambat laun tanpa mereka sadari teman-teman pun menjauh. Ini mempunyai akibat yang buruk di masa mendatang. Anda akan dicap kuper dan bila Anda sedang jenuh bersama sang kekasih, tidak ada seorang teman pun yang bersama dengan Anda.

4. Menggantungkan kebahagiaan diri Anda ke pasangan. Jika selama ini Anda berpikir bahwa kebahagiaan Anda bergantung pada pasangan, maka Anda salah. Anda boleh jatuh cinta pada siapa saja namun tidak berarti bahwa orang tersebut dapat membuat Anda bahagia. Kebahagiaan Anda bergantung pada Anda sendiri dan jangan sesekali Anda memusatkan seluruh hidup dan perhatian hanya pada satu orang saja karena jika demikian, berarti Anda telah menutup wawasan dan kesempatan untuk menjadi lebih baik bagi diri Anda sendiri.

5. Cinta membutuhkan waktu. Seringkali seseorang lupa akan point yang penting ini. Cinta selalu membutuhkan waktu, baik untuk mengenal maupun untuk bertumbuh. Terlalu cepat memulai suatu hubungan berakibat kurang baik karena mungkin Anda belum mengenal dengan baik karakter pasangan, sebaliknya jika Anda terlalu terburu-buru mengambil keputusan untuk meninggalkan pasangan hanya karena permasalahan sepele juga kurang bijaksana. Karena itu sebaiknya beri waktu yang cukup bagi diri Anda untuk mengenal pasangan.

6. Terlalu fokus pada sex. Anda harus menyadari bahwa tidak ada seorang pun yang senang menjadi objek sex. Jangan jadikan sex sebagai prioritas suatu hubungan, sebaliknya jadikan sex hanya sebagai pemanis dalam hubungan Anda berdua. Fokuskan perhatian Anda dalam membangun jalinan asmara yang solid bersamanya. Buatlah rencana yang jelas untuk masa mendatang.

7. Berkencan tanpa tujuan yang jelas. Kencan memang merupakan aktivitas yang seru dan menyenangkan, namun jika Anda tidak mempunyai tujuan yang jelas dan tidak tahu apa yang Anda cari atau Anda inginkan maka cepat atau lambat hal ini akan membuat Anda menjadi lelah baik secara fisik maupun mental. Jadi lebih baik tentukan dahulu apa yang Anda cari dari suatu hubungan asmara dan apa yang Anda inginkan dari calon pasangan.

8. Berprinsip bahwa sex dapat menyelesaikan semua masalah. Tinggalkan prinsip seperti ini. Walaupun Anda bersedia menyerahkan diri Anda seutuhnya kepada pasangan, tidak menjamin bahwa pasangan akan setia atau tidak akan meninggalkan Anda. Segera ubah pola pikir Anda. Jangan biarkan diri Anda dibodohi dengan iming-iming jika Anda bersedia melakukan hubungan sex maka pasangan akan semakin mencintai Anda. Itu justru membuktikan bahwa pasangan tidak mencintai Anda dan hanya menginginkan kesenangan semata.

9. Memprioritaskan kecantikan fisik. Ini juga merupakan salah satu hal yang kerap terjadi. Umumnya kecantikan fisik menduduki skala prioritas utama dari pada kecantikan batin. Padahal kecantikan batin jauh lebih bermanfaat dan tahan lama.

10. Kembali melakukan kesalahan yang sama. Pernahkah Anda mengintrospeksi diri mengenai kegagalan asmara Anda di masa lalu? Sebelum memulai hubungan yang baru, ada baiknya Anda mengintrospeksi diri dan melihat kembali dimana kesalahan Anda. Dengan mengetahui letak kesalahan, Anda dapat belajar untuk tidak lagi mengulangi kesalahan yang sama

Rabu, 28 Oktober 2009

terus melangkah

inilah perjalanan hdup seorang mujahid dakwah, tak kenal lelah menghadapi tantangan yg berliku. atas nama Allah yang menguasai waktu dan juga jalan terbaik bagi hamba-Nya, jalan terjal ini tampak begitu indah oleh mataku. setelah semua berlalu dan kembali muncul beberapa amanah baru yang siap ku lalui, saatnya kembali menuju segala rute penuh motivasi. terus melangkah dan semangat, cinta tertinggi hanyalah untuk Allh SWT. perasaan ini hanyalah sebuah motivasi yang mungkin akan mnejadi sebuah kesalahan apabila tidak dibina dengan baik...

keep istiqomah wal hamasah...

ALLAHUAKBAR....!!!!

Senin, 19 Oktober 2009

perjalanan seorang mujahid dakwah

aku hanya melangkah sendirian tanpa seorang teman, menyepi layaknya batu yang berserakan tanpa ada yang mengusik. melangkahkan kaki tiada henti demi mencapai ridho Illahi...aku kembali terdiam manakali cinta di hati ini terus menerawang... aku yang entah merasakan segala hal yang pernah terjadi dan kini kembali terulang perasaan itu. sesuatu yang kembali mengusik dan seakan mengganggu jalannya pikiranku selama ini. jalan dakwah ini begitu terjal dan berliku, aku yang baru mengenal dunia dakwah selama hampir 2 tahun terasa sulit untuk mencerna berbagai permasalahan yang ada. namun aku yakin... bahwasanya semangat untuk terus melangkah dalam jalan dakwah-Nya akan mengiring langkahku untuk terus berkarya untuk Islam.
dan ketika cinta ini kembali menyeruak, aku mencoba untuk bertahan dengan segala macam upaya yang tak kenal lelah...inilah jalan dakwahku yang penuh dengan fenomena cinta yang fitrah dan seakan sulit untuk dimengerti...MENGAPA AKU CINTA DIA...???

Rabu, 30 September 2009

Ceu Engkom Pun Menangis…

Hujan mengguyur seluruh wilayah Pangalengan sekitar pukul 14.00 WIB, Jum’at 25 September 2009, termasuk Kampung Cikole, Desa Marga Mukti, Kecamatan Pangalengan. Hujan yang lebat disertai angin membuat tenda-tenda pengungsi tak kuasa menahan terpaan angin. Akibatnya, tenda pun miring kemasukan air. Semua barang di dalam tenda basah, termasuk kasur dan alas tidur para penghuninya.

Salah satu tenda yang seluruh isinya basah kuyup adalah tenda Ceu Engkom. Tenda Ceu Engkom masih satu area dengan lokasi rumah tinggal sementara (temporary shelter) yang tengah dibangun ACT. Ia dan keluarganya basah kuyup, usai hujan mereka sibuk mengangkat kasur dari dalam tenda dan membenahi barang-barang lainnya. Anak-anaknya menyapu genangan air dari dalam tenda, satu keluarga itu berpacu dengan waktu. Padahal hari sudah sore menjelang maghrib, namun belum ada tanda-tanda mereka bisa masuk kembali ke dalam tenda karena kondisi bagian dalam tenda yang masih setengah banjir.

Direktur Eksekutif ACT, Ahyudin yang menyaksikan adegan itu langsung memerintahkan beberapa relawan untuk menyiapkan sebuah shelter yang sudah jadi untuk bisa ditempati oleh para warga yang masih tinggal di tenda. Sementara relawan lainnya memberi tahu beberapa warga di tenda untuk segera pindah ke shelter. Meskipun belum jadi sepenuhnya, namun tak kuasa rasanya melihat para pengungsi yang berada di tenda dalam kondisi basah kuyup kedinginan. “Semula kami berencana menunggu semua shelter jadi, kemudian ada peresmian dan warga mulai menempati. Tapi tak sampai hati kami melihat kondisi mereka, jadi tak perlu menunggu semua shelter selesai, tempati saja yang sudah jadi,” ujar Ahyudin.

Ceu Engkom pun tak kuasa menahan tangisnya, sambil menenteng kasur ia tak henti menangis terus berjalan menuju shelter yang sudah disediakan. Beberapa relawan yang membantu memindahkan barang-barang milik keluarga Ceu Engkom terharu melihat air mata berlinang dari sudut mata perempuan setengah baya itu. “Kenapa Ceu?” tanya seorang relawan. Pertanyaan itu tak terjawab dengan kata-kata, Ceu Engkom benar-benar tak bisa berkata apapun karena ia sangat terharu dan bahagia karena akhirnya bisa mendapat tempat yang lebih layak, setelah lebih dua pekan tidur di tenda kepanasan dan kedinginan.

Berkali-kali ia menutupi wajahnya karena tak kuasa membendung air mata yang terus mengalir. Ia tak mampu menyembunyikan perasaan bahagianya, rumah tinggal sementara yang dibangun ACT adalah awal kehidupan baru bagi ia dan keluarganya pasca gempa yang menghancurkan rumahnya tanggal 2 September 2009 lalu. “Senang pak… sudah saya mah tidak bisa banyak bicara, pokoknya senang, bahagia… terima kasih sama ACT…,” akhirnya Ceu Engkom buka suara juga.

Tentu saja bukan hanya Ceu Engkom, warga lainnya pun tak kuasa menahan haru, mereka tak sanggup mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Mereka hanya bisa menangis setelah mendapat tempat tinggal yang lebih layak dari sekadar tenda. “berhari-hari kami sekeluarga tinggal di kandang sapi, hari ini kami bahagia… nggak perlu lagi menahan bau kotoran sapi,” kata seorang pengungsi yang ikut pindah ke shelter.

ACT masih terus membangun temporary shelter di Kampung Cikole, Desa Marga Mukti, Kecamatan Pangalengan, Bandung. ACT terus berkomitmen membangun sebanyak-banyaknya bangunan sementara itu di berbagai titik bencana berkat dukungan penuh para donatur. Bahkan bukan hanya di Pangalengan, rumah tinggal sementara ini pun tengah direncanakan dibangun di wilayah lain, termasuk Pameungpeuk, Garut. Semoga ikhtiar ini mendapat ridha dari Allah, sekaligus dukungan tak henti dari para penyemat kepedulian. Insya Allah. (Gaw)

Bayu Gawtama
Life-Sharer
http://solifecenter .com
0852 190 68581

“Tolong Sampaikan Kepada Mereka, Bahwa Kami Bahagia”

Berulang kali kami harus mengatakan kepada para pengungsi dan korban gempa Jawa Barat bahwa semua jenis bantuan yang kami bawa bukanlah dari ACT, melainkan dari para donatur dan komunitas peduli di berbagai wilayah di Indonesia. Sejak fase darurat (emergency), bantuan tak henti mengalir ke berbagai titik lokasi bencana, baik di Tasikmalaya, Ciamis, Pameungpeuk Garut, Pangalengan Bandung, maupun Cianjur. Mungkin jika harus dikalkulasi, sudah jutaan ucapan terima kasih yang kami terima dari para korban gempa.

Bukan hanya ucapan terima kasih, bahkan para relawan merasa semakin dekat dengan para pengungsi karena totalitas kami dalam menangani bencana membuat hubungan antara relawan dengan pengungsi seperti saudara, seperti anak dengan ibu, kakak dengan adik, bapak dengan anak dan lain sebagainya. Hubungan emosi yang terjalin diantara kami seperti sebuah keluarga besar yang menyatu dan terlalu berat untuk dipisahkan satu sama lain. Para ibu di pengungsian, sudah menganggap para relawan adalah anak-anak mereka sendiri. Anak-anak pengungsian seperti mendapat kakak baru, pemuda-pemuda mendapat teman baru, sebagai tempat diskusi dan saling tukar informasi.

Mulanya mereka menganggap kami tamu terhormat yang pantas diperlakukan secara istimewa. Tidak! Kami katakan kepada para pengungsi, “Kami datang sebagai sahabat”. Bukan dewa penolong, bukan pula si kaya yang akan membagi-bagikan hadiah atau mencukupi semua kebutuhan mereka. Kami hadir di lokasi bencana sebagai sahabat yang akan ikut merasakan penderitaan mereka, yang akan ikut tersenyum ketika mereka tertawa, yang tak bisa menahan air mata saat mereka menangis dan tak boleh kalah semangat saat mereka bergegas memunguti sisa-sisa harapan masa depan. Berpeluh bersama mereka, makan dengan makanan yang sama dan merasakan terik siang serta dinginnya malam yang sama.

“Jangan pulang ya nak,” kalimat ini yang sering kami dengar dari para pengungsi. Mereka akan sekuat tenaga menahan kami meskipun kami sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda angkat kaki dari tanah bencana. “Yang lain sudah pergi, kalian jangan ikut pergi ya. Jangan tinggalkan kami…” semakin berat hati ini mendengarnya. Sungguh tak kuasa melihat mereka yang sudah seperti ibu atau ayah sendiri, yang sudah seperti kakak atau adik sendiri bagi kami. Bahkan satu hari kami tak nampak saja mereka sudah merasa kehilangan, “Kemana saja nak, ibu sudah masakin nasi goreng tuh…” Duh ibu, kami memberi sedikit saja balasan ibu sudah sangat berlebihan. Malu rasanya…

Meski bukan hak kami menerimanya, namun ucapan terima kasih terus saja mengalir. Tak pernah kering lautan terima kasih mereka kepada segenap relawan yang sudah membantu. Lagi-lagi harus kami katakan kepada mereka bahwa ucapan terima kasih lebih pantas dialamatkan kepada para donatur dan komunitas peduli yang bersinergi dengan kami. Tugas utama ACT adalah menggugah sebanyak-banyaknya kepedulian dari siapapun, kemudian secara sigap dan cepat mengantarkan kepedulian itu dalam genggaman kokoh dan kaki tegap kami. Sepanjang kepedulian itu belum berhenti dari para donatur, maka rasanya malu bagi kami untuk beristirahat atau bahkan berhenti menyalurkan kepedulian.

Kami para relawan tidak boleh kehabisan energi karena kami yakin para donatur pun belum kehabisan energi pedulinya. Tak mungkin kami mengaku lelah karena komunitas peduli tak akan habis dan terus tumbuh, pandai-pandai kami mengelola energi agar tak kalah hebat dengan mereka yang seolah terus terbakar semangat kepeduliannya. Belum ada istilah “tutup posko” bagi kami, karena para dermawan dan donatur terus datang berbondong-bondong guna menyalurkan kasih sayangnya terhadap saudara-saudara yang tertimpa musibah. Bagaimana mungkin kami katakan kepada para donatur, “Maaf pak, silahkan bapak antarkan sendiri ke lokasi bencana” padahal kami para relawan inilah jembatan yang menghubungkan para donatur dan korban bencana.

Ini sinergi kemanusiaan, ada korban bencana, ada relawan dan sudah tentu ada komunitas peduli. Penanganan bencana tak cukup berhenti di fase darurat melainkan terus sampai program pemulihan, pengungsi masih bertebaran di banyak tempat, karena itu relawan tak boleh kehabisan energi. Sebisa mungkin ACT, lembaga kemanusiaan yang berbasis kerelawanan, mengelola relawan secara efektif dan efisien, perputaran relawan di lapangan adalah sebuah keniscayaan. Ini guna mengimbangi pancuran kepedulian yang tak hentinya mengalir, bak mata air pegunungan yang tak pernah kering.

Ketika semakin banyak orang tergugah, jangan dulu berpikir “kapan kami pulang?” Ini pertanyaan yang belum sempat kami jawab, meskipun pertanyaan itu datangnya dari orang-orang terkasih di rumah. Bukan lantaran tidak mau pulang, tetapi kami tak ingin mengecewakan dua pihak, para korban bencana yang masih memerlukan tenaga relawan dalam program pemulihan pasca bencana, dan para donatur yang nyata-nyata belum lelah menyalurkan kepeduliannya. “Jadi kapan kami berhenti?” sampai tak ada lagi orang peduli dengan saudara-saudaranya di lokasi bencana, dan rasanya itu mustahil. Yang kami dapati di sini, justru gelombang kepedulian itu semakin besar dan semakin tak bisa dibendung.

Akhirnya, para pengungsi dan korban bencana pun mengerti bahwa kedatangan kami membawa pesan kepedulian dari para donatur. Kami, para relawan yang berjibaku, kepanasan dan kedinginan, kehujanan dan terpanggang matahari di lokasi bencana, seakan tak artinya tanpa aliran kepedulian dan kasih sayang yang dititipkan para donatur di genggaman dan hati kami. Melalui tulisan ini ingin kami sampaikan pesan salam para pengungsi untuk para donatur, “Tolong sampaikan kepada mereka, bahwa kami bahagia. Ternyata kami tidak sendirian menghadapi ujian Allah ini. Terima kasih…” (Gaw)

klik http://actforhumani ty.or.id

Bayu Gawtama
Life-Sharer
http://solifecenter .com
0852 190 68581
"Menulis bukan bakat; menulis adalah keterampilan hidup. Siapa pun yang menguasai keterampilan menulis pada abad informasi dan kemajuan teknologi saat ini, dijamin hidupnya penuh kemudahan dan kariernya siap melejit melampaui mereka yang hanya fasih berbicara. Karena itu, jangan main-main dengan keterampilan MENULIS!" -- Bambang Trim, Direktur Penerbit Salamadani dan CEO Dixigraf Publishing Service

Bagaimana jika virus menulis diinjeksi ibarat vaksin kepada pendidik dan anak didik kita, juga kepada mereka yang bergiat di bidang minat baca serta minat menulis? Dapat dipastikan Indonesia akan banyak memiliki orang-orang ‘bersenjata’ pena dengan ketajaman pemikiran dan kedigjayaan wawasan. Salam Learning Center sebagai pusat pelatihan keterampilan bidang penerbitan-perbukua n menaruh kepedulian terhadap hal ini. Wujudnya ….

Setelah sukses menyelenggarakan acara "Beasiswa Karya Terobosan", "Pelatihan Menulis Buku Anak Nonfiksi Metode Matriks", "Pelatihan Bagaimana Buat Buku Bagus (B4)", dan berbagai gelaran wisata buku untuk siswa serta mahasiswa dengan biaya GRATIS, kini SLC kembali berkiprah. Wujudnya ….
Terobosan Salam Learning Center

Kembali Salamadani membuat program terobosan untuk mendukung pembangunan masyarakat membaca dan masyarakat menulis (reading & writing society). Program ini adalah pelatihan dasar menulis berbiaya murah dengan benefit luar biasa. Program hanya khusus diperuntukkan bagi sekolah/pesantren/ madrasah (guru dan siswa/santri) , perguruan tinggi (dosen dan mahasiswa), komunitas literasi (klub buku dan perpustakaan) , asosiasi guru/dosen dengan sistem pelatihan kolektif.

Program Terpilih

1. Dasar Penulisan Buku Anak Kategori Fiksi
2. Dasar Penulisan Buku Anak Kategori Nonfiksi
3. Dasar Penulisan untuk Anak dan Remaja
4. Dasar Penulisan Akademis (Basic Academic Writing)
5. Dasar Wirausaha Menulis (Entrepreneur Writer)
6. Dasar Penulisan dan Penyuntingan (Basic Writing-Editing)

Poin 1,2, 4, 5 dan 6 dapat diikuti oleh guru/dosen, siswa/santri SMA/MA/mahasiswa, anggota komunitas/asosiasi.
Poin 3 khusus diikuti oleh anak (SD/MI kelas tinggi: 4-6) dan anak SMP/MTs.

Program pelatihan menggunakan standar kurikulum/pelatihan menulis internasional: prewriting, drafting, revising, editing, dan publishing. Metode pelatihan merupakan gabungan teori dan praktik.

Fasilitator:
• Bambang Trim; penulis lebih dari 100 judul buku, editor lebih dari ratusan karya penulis, serta praktisi perbukuan Indonesia yang telah menekuni bidang perbukuan selama 15 tahun.
• Tasaro GK: penulis fiksi berbakat penghasil karya best seller, mantan jurnalis di Group Jawa Pos, kini menjabat sebagai Chief Editor di Salamadani.
• Ali Muakhir: penulis buku anak paling produktif peraih Rekor MURI, pendiri jasa penerbitan Line Production, dan menjadi editor ahli di Salamadani.
• Krisna: editor buku anak dan mantan jurnalis di MQ Media khusus anak, penulis beberapa karya untuk anak.
• Ely Syarifah: editor karier dan dosen editing di Universitas Padjadjaran, kini menjadi senior editor di Salamadani.

Biaya Murah dan Multibenefit

Belum ada pelatihan menulis berkualitas, bersertifikat, dan berpeluang seperti Program Salam Learning Center. Pembiayaan dilakukan secara kolektif sebagai berikut:

1. Kelas DPBA Fiksi Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang
2. Kelas DPBA Nonfiksi Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang
3. Kelas DPAR Rp2.500.000 untuk peserta maksimal 20 orang
4. Kelas DPAW Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang
5. Kelas DWM Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang
6. Kelas DPP Rp3.000.000 untuk peserta maksimal 25 orang

Multibenefit:
1. Biaya pelatihan kolektif tergantikan dengan buku senilai @Rp100.000 untuk 20-25 orang peserta.
2. Peserta mendapatkan sertifikat resmi dari Salam Learning Center dan materi tercetak (handout).
3. Peserta akan mendapatkan kiriman artikel penulisan-penyuntin gan setiap minggu selama Oktober-November 2009 via email.
4. Peserta berhak mendapatkan 2 kupon Dinar Salam berupa potongan harga 30% apabila berbelanja buku terbitan Salamadni di Salam Book House senilai Rp50.000 ke atas.
5. Peserta berhak mendapatkan CD materi pelatihan dalam format pdf seharga Rp20.000.
6. Peserta terbaik mendapatkan bingkisan buku senilai Rp100.000 dari Penerbit Salamadani.
7. Kunjungan ke penerbitan-percetak an-jasapenerbita n-toko buku untuk melihat secara langsung bisnis penerbitan (khusus penyelenggaraan di Salam Book House).
8. Ilmu dan keterampilan penulisan-penyuntin gan langsung dari ahlinya dan kesempatan berkonsultasi terbuka luas.

Buku Pokok Pelatihan:
1. Favorite Stories for Boys karya Ali Muakhir
2. Favorite Stories for Girls karya Ali Muakhir
3. Monomo karya Tasaro
4. Kisahku karya Tim Penulis Salamadani
5. My Story karya Tim Penulis Salamadani
6. Jangan Mau Gak Nulis Seumur Hidup karya Gola Gong
7. Taktis Menyunting Buku karya Bambang Trim

Tempat, Waktu, dan Durasi
Peserta secara kolektif dari satu sekolah, PTN/PTS, komunitas literasi, ataupun asosiasi lewat koordinator mengajukan surat permohonan penyelenggaraan pelatihan SalaMenulis dengan ketentuan tempat sebagai berikut:
• Tempat dapat disediakan oleh Salam Learning Center di Salam Book House dengan biaya gratis (fasilitas: LCD, ruang berpendingin, dan kapasitas memadai untuk 20-25 orang).
• Tempat dapat disediakan oleh peserta (in-house) dengan biaya tambahan untuk akomodasi (transportasi) fasilitator sebesar Rp300.000 untuk wilayah Bandung dan Rp600.000 untuk wilayah Jakarta.

Waktu pelatihan untuk program ini hanya berlaku pada Oktober-November 2009 dengan penyelenggaraan maksimal 4 program dalam satu minggu. Durasi pelatihan efektif adalah 4 jam (half day) untuk setiap program.

Syarat dan Ketentuan

1. Peserta secara kolektif lewat koordinator mengirimkan surat permohonan, berikut waktu dan tempat serta daftar peserta melalui email ke redaksi@penerbit- salamadani. com atau faks ke 022-5221670.
2. Peserta melakukan pembayaran biaya training sesuai dengan program yang dipilih berikut tambahan biaya akomodasi (jika penyelenggaraan secara in-house) setelah ada konfirmasi waktu dan tempat dari Pihak Salamadani.
3. Peserta maksimal 20-25 orang, tidak diperkenankan melebihi kuota peserta. Peserta yang kurang dari kuota 20-25 orang tetap dibebankan biaya yang sama.
4. Untuk penyelenggaraan in-house di tempat peserta atau di tempat lain, Salam Learning Center diperkenankan menggelar meja (open table) untuk menjual produk-produk buku Salamadani.
5. Permohonan disampaikan selambat-lambatnya satu minggu sebelum tanggal pelaksanaan.
6. Salam Learning Center (SLC) menyediakan fasilitas gratis untuk ruang pelatihan dan perangkat audio visual (LCD projector). SLC tidak menyediakan minuman dan makanan ringan selama pelatihan. Untuk itu, peserta dapat membawa sendiri atau membeli di sekitar Salam Book House. Peserta juga disarankan membawa laptop/notebook jika memiliki.
7. Salam Learning Center menyediakan sertifikat resmi dan bahan training tercetak (hardcopy). SLC tidak melayani copy file melalui flash disk. Bahan lengkap dalam format pdf disediakan dalam bentuk CD dengan harga Rp20.000.
8. Sesi pelatihan diperkenankan untuk direkam secara audio-visual dengan mempertimbangkan kenyamanan peserta yang lain.
9. Pelatihan hanya diperuntukkan bagi sekolah, perguruan tinggi, komunitas literasi, klub buku, perpustakaan, dan asosiasi guru/dosen. SLC hanya melayani surat resmi dari institusi/lembaga/ asosiasi dengan alamat lengkap dan jelas.

Catatan: untuk sementara program ini hanya mencakup wilayah Bandung dan Jakarta.

Peluang Berbagi Melalui CSR

Ini baru terobosan…!

SLC membuka program ini bagi perseorangan maupun perusahaan (BUMN/Swasta) yang ingin berbagi guna menghadiahkannya kepada sekolah, perguruan tinggi (fakultas/jurusan) , komunitas, dan asosiasi guru/dosen terpilih sebagai wujud tanggung jawab sosial. Para alumni dari satu sekolah/pesantren ataupun perguruan tinggi dapat mempersembahkan program ini kepada almamaternya. Perusahaan dapat menjadikan program ini sebagai program CSR berkualitas dan berbiaya murah. Untuk itu, Anda pun dapat berperan menjadi duta SLC menawarkan program ini.


Jangan tunda dan berpikir lama untuk sebuah kebaikan.

Informasi Lebih Lanjut:
1. Buka akses ke www.penerbit- salamadani. com
2. Hubungi Farah/Nunung di 022-5222052
3. Salam Learning Center, Jl. Pasirwangi, No. 1, Bandung
Copyright 2009 oleh Bambang Trim

Rabu, 02 September 2009

Penerbit Mencari naskah

Penerbit kalamedina mengundang anda yang berminat menerbitkan buku untuk mengirimkan naskah kepada kami. Berikut ini naskah-naskah yang kami butuhkan:

1. Novel

2. Motivasi, Management diri

3. Parenting, Pengsuhan Anak

4. Agama Islam dan panduan Ibadah

5. Kumpulan cerita humor

6. Kesehatan

7. How To, Self-Help



Persaratan pengiriman naskah:

· Naskah ditulis dengan bahasa yang komunikatif, bukan dalam bahasa akademik

· Ketik format Kwarto, Time New Roman 12, spacy 1,5. Fiksi minimal 150 halaman, Nonfiksi minimal 75 halaman

· Sertakan Sinopsis naskah, daftar isi, curiculum vitae singkat anda, termasuk (kalau ada) buku-buku yang pernah diterbitkan atau pengalaman menulis. Sertakan juga CP yang mudah dihubungi.

· Naskah Terjemahan

Apabila anda menemukan naskah yang menurut anda bagus untuk diterjemahkan, anda bisa mengirimkan terlebih dulu out line naskah tersebut untuk kemudian mendisukusikannya dengan kami tentang laik tidaknya naskah tersebut diterbitkan.



Kirim via post atau e-mail ke:

PENERBIT KALAMEDINA

Jl. Jemur Andayani 50. Kav. A1-2

Surabaya-Jawa Timur

Tlp/Fax. 031-8416967

Email: penerbit_kalamedina @yahoo.com

www.kalamedina. blogspot. com

Selasa, 01 September 2009

MASJID Oleh : Ust. Arifin Ilham

Assalamu'alaikum Wr Wb

Sudah
menjadi tradisi disetiap awal bulan Ramadan masjid penuh dengan jamaah,
tetapi pertengahan Ramadan apalagi akhir Ramadan berakhir pula
makmurnya jamaah di masjid. Ini terjadi karena umat di negeri ini belum
memahami dengan baik dan benar tentang betapa utamanya berjamaah di
masjid.

Pertama: Masjid adalah Baitullah atau rumah Allah (QS An-Nur: 36)

Allah
pun berfirman “RumahKu dimuka bumi adalah masjid, para kekasihKu adalah
mereka yang memakmurkan rumahKu. Barang siapa yang ingin berjumpa
denganKu hendaklah ia datang ke rumahKu, sungguh wajib bagi tuan rumah
menghormati para tamunya.”(Hadis Kutsi).

Karena itulah azan bukan panggilan muazin, tapi panggilan Allah Kekasih untuk para kekasihNya.

Kedua: Masjid rumah Rasulullah SAW

Ketika
beliau sakit menjelang akhir hayat beliau, tatkala mendengar azan
Bilal, beliau berkata kepada Saidah Aisyah RA, antarkan aku ke
rumahku!. Saidah Aisyah keheranan dan seraya bertanya “Bukankah ini
rumah engkau wahai kekasih Allah?" Rasulullah menjawab, “Tidak, rumahku
adalah masjid”.

Kesempatan lain pun beliau bersabda:
“Seandainya umatku mengetahui keutamaan salat berjamaah di masjid
merangkak pun mereka tetap salat berjamaah di masjid” (Muttafaqun
‘Alaiha).

Ketiga: Masjid rumah malaikat-malaikat Allah.

Istana
saja ada penjaganya apalagi masjid, para Malaikat itu mendoakan dan
mengaminkan doa mereka yang memakmurkan masjid ( HR Ahmad).

Keempat: Mesjid adalah rumah orang-orang mukmin.

Setiap
makhluk ada rumahnya, dan rumah orang beriman adalah masjid. Simak
dengan keimanan surat At-Taubah ayat 18 : “Sesungguhnya hanya hamba
Allah yang benar-benar beriman kepada Allah dan benar-benar beriman
pada Hari Akhirat, merekalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah”.

Sungguh
mereka yang telah mendapat hidayah iman, walaupun rumahnya jauh dari
masjid, gelap, dingin-dingin disertai hujan turun lebat tetap mereka
berjamaah di masjid, tetapi kalau tidak mendapat hidayah iman, walau
pun rumahnya dekat dengan masjid ia tetap saja tidak berjamaah di
masjid.

Para sahabat pun dapat mengetahui orang-orang munafik di
waktu Subuh, karena orang-orang munafik sangat berat salat berjamaah di
masjid terutama di waktu Subuh (HR Bukhari).

Dengan demikian
tidak ada alasan bagi kita untuk tidak berjamaah di masjid, mari kita
jadikan setiap bulan–bulan Ramadan bulan memakmurkan masjid.

Wassalamu'alaikum Wr Wb

Antara Hati Berkarat dan Hati Kemilau

Berkarat???
Tahukah anda dengan kata “karat” atau kalau anda pernah belajar ilmu
fisika atau kimia pasti anda akan menemukan atau mendengar kata
“korosi”??? nah!! Kata karat dan korosi tersebut merupakan dua kata
yang berbeda tetapi mempunyai maksud yang sama. Mungkin anda pernah
melihat logam sejenis besi, baja atau apapun yang berkarat. Efek dari
logam yang berkarat dalam waktu yang terlampau lama akan menyebabkan
logam tersebut menjadi lapuk yang lama-kelamaan akan menjadi serbuk
logam. Sekarang coba anda flashback kembali peristiwa tersebut, awalnya
logam tersebut masih mempunyai bentuk tetapi karena terjadi korosi
lama-kelamaan logam tersebut berubah bentuknya menjadi
serpihan-serpihan. Sama halnya dengan hati kita.
Tahukah
anda hal-hal apa yang mampu membuat hati kita berkarat??? Kalau kita
melihat logam yang berkarat tentunya hal-hal yang membuat logam
tersebut berkarat adalah udara dan air, sedangkan hal-hal yang membuat
hati kita berkarat bukanlah air dan udara melainkan kelalaian dan dosa.
Mengapa kelalaian dan dosa membuat hati kita berkarat??? Karena
kelalaian dan dosa dapat mengurangi dan melemahkan keimanan dan
ketakwaan seseorang. Selain itu, kelalaian dan dosa yang terus-menerus
dilakukan dapat melenakan kita untuk selalu mengingat Allah SWT dan
melaksanakan perintah-perintahNy a sehingga dapat membuat hati kita
berkarat akibat terlalu seringnya kita berbuat lalai dan dosa.
Kemilau???
Tahukah anda dengan kata “kemilau”??? kemilau merupakan suatu cahaya
yang begitu menyilaukan. Anda pernah melihat berlian atau permata???
Nah!!! Biasanya kata kemilau itu seperangkat dengan kata berlian atau
permata. Kalau anda belum pernah melihat berlian atau permata. Gimana
kalau anda saya ajak untuk mengingat sesuatu. Pernahkah anda melihat
salah satu iklan tentang shampoo??? nah!!!disanalah anda akan menemukan
kata “kemilau”. Sungguh kemilau merupakan suatu peristiwa yang disukai
banyak oaring karena dengan kemilau membuat apa saja yang ada
disekitarnya menjadi indah meskipun bentuknya tidak indah. Sama halnya
dengan hati kita.
Tahukah anda hal-hal apa yang
mampu membuat hati kita kemilau??? Kalau kita melihat berlian atau
permata atau barang-barang yeng berbahan kaca kemilau tentunya hal-hal
yang membuat permata, berlian atau barang-barang berbahan kaca kemilau
adalah seringnya barang-barang tersebut dirawat,dipelihara dan
dibersihkan dengan menggosok-gosokkan ke kain atau apapun yang dapat
membersihkannya sehingga membuat barang-barang tersebut menjadi
kemilau, sedangkan hal-hal yang membuat hati kita kemilau adalah
seringnya hati kita dirawat, dipelihara dan dibersihkan dengan kalimat
istighfar dan dzikir. Mengapa kalimat istighfar dan dzikir membuat hati
kita kemilau??? Karena kalimat istighfar dan dzikir dapat menambah dan
menguatkan keimanan dan ketakwaan seseorang. Selain itu, kalimat
istighfar dan dzikir yang terus-menerus dilafadzkan dan dilakukan dapat
beristiqomah untuk selalu mengingat Allah SWT dan melaksanakan
perintah-perintahNy a sehingga dapat membuat hati kita selalu kemilau
dan lama-kelamaan menjadi lebih kemilau jika kita selalu merawat,
memelihara dan membersihkannya dengan kalimat istighfar dan dzikir.
Tahukah
anda manfaat yang akan anda dapatkan jika hati anda selalu kemilau???
Manfaatnya adalah anda akan terhindar dari perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh Allah SWT, sabar dan tabah dalam menghadapi kehidupan,
dapat mengurangi emosi dalam menghadapi siapapun yang berbuat khilaf
terhadap kita sehingga kita dengan mudah memberikan maaf kepada
siapapun yang meminta maaf terhadap kita, dan lain sebagainya. Pokoknya
banyak banget deh manfaat yang dapat kita peroleh dari kemilaunya hati.
Sekarang
tinggal anda yang memilih, mau membuat hati anda berkarat atau membuat
hati anda kemilau????semua jawabannya ada pada hati dan diri anda
masing-masing karena setiap orang memiliki jawaban yang berbeda-beda.
Semoga dapat bermanfaat dan secepatnya anda dapat mengambil pilihan
sehingga anda tidak terlambat untuk membuat hati anda berkarat atau
kemilau. -----------
Lina El-Barich
.........sumber: dudung.net
Jadikanlah Sabar dan Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang Demikian itu Sungguh Berat, Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu [ Al Baqarah : 45 ]

PRASANGKA (Cerita Rakyat Makassar)

"Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebahagian
prasangka itu adalah dosa. Dan janganlah kamu mencari keburukan orang dan janganlah
sebahagian kamu menggunjing atas sebahagian yang lain........ ......... ......... ......... ."
[ QS Al Hujuraat; 49:12]
------------ --------- --------- --------- --
Ada sebuah keluarga yang terdiri atas: ayah, ibu, seorang anak laki-laki dan seorang anak gadis.
Keempat anggota keluarga itu semuanya tuli.
Suatu hari ketika si anak laki-laki sedang menggembalakan kambingnya, ada seorang yang
menanyakan arah jalan yang bercabang dua. Si anak menjawab: "Ini kambing saya, ini kambing
bapak saya. Mengapa engkau mengatakan kambing ini milikmu?"
Ketika sampai di rumah ia berteriak: "Ibu, ada orang yang mengaku-ngaku kambing kita ini kambingnya."
Dengan suara tak berdaya si ibu menjawab: "Biarlah nak, kita ini memang orang miskin. Biarkanlah dia
mencela celana bapakmu yang penuh dengan tambalan itu."
Sepulangnya suaminya dari kebun, si isteri berucap: "Pak, menurut anak kita ada yang mencela celanamu
yang penuh tambalan. Saya katakan, sudahlah nak, tidak usah dipikirkan, kita ini memang petani miskin."
Si suami menjawab: "Haram, kalau saya makan pisang di kebun. Kalau ada yang menyampaikan
kepadamu saya ini suka makan pisang secara sembunyi-sembunyi di kebun, itu fitnah."
Si gadis melihat kedua orang tuanya bercakap-cakap. Setelah percakapan berakhir, si gadis dengan
menangis tersedu-sedu ia berkata: "Biarlah mak, biarlah pak, kalau ada yang meminang, jangan ditolak,
terima saja."

Dalam kehidupan kita sehari-sehari tidak jarang kita terlibat dalam hal prasangka.
Sikap berprasangka yang terbentuk oleh kepicikan, pandangan sempit, curiga kepada bayangan sendiri.
Keadaan 'tuli' dapat diartikan orang yang tidak mau mendengar pendapat orang lain.
Hanya pendapatnya saja yang benar.

Si anak laki-laki yang bertugas menggembalakan kambing, karena rasa tanggung jawabnya,
menyebabkan ia bersikap curiga yang berlebihan. Apapun yang diucapkan atau dilakukan orang
ditanggapinya hendak mengambil, merampas kambing miliknya.
Karena selalu menambal celana suaminya, si Ibu dihinggapi penyakit rendah diri. Semua perilaku
orang selalu dianggap mengejek celana suaminya.
Si suami yang suka makan pisang secara sembunyi-sembunyi, selalu khawatir bahwa isterinya akan tahu.
Jadi sewaktu isterinya mengatakan bahwa celananya dicela orang, ia menyangka rahasianya terbongkar.
Si gadis pingitan yang jiwanya selalu meratap, mengira pembicaraan orang tuanya adalah mengenai dirinya.
------------ --------- --------- -----
"Dan kebanyakan mereka hanyalah mengikuti persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan
itu tidak dapat mengalahkan kebenaran sedikitpun. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat " [ QS Yuunus; 10:36]
[lm-6]
Dikutip sebagian besar dari tulisan H. Muh. Nur Abdurrahman
WAHYU DAN AKAL - IMAN DAN ILMU [Kolom Tetap Harian Fajar, Makassar]
------------ --------- --------- --------- --------- --------- -
l.meilany
010909/11ramadhan1430h

Berprasangka Baik

Ada seorang perempuan pergi ke dokter untuk memeriksakan tekanan darahnya. Ruang tunggu dokter penuh karena banyak pasiennya. Dia harus mengantri. Hampir satu jam kemudian namanya baru dipanggil. Ketika namanya dipanggil kakinya kesemutan sehingga jalannya masuk ke ruang dokter dengan kaki terpincang-pincang.

Lima belas menit kemudian perempuan itu keluar dari ruang pemeriksaan dengan langkah biasa lagi. Dua pasien yang dari tadi memperhatikan perempuan masuk ke ruang dokter, kini memandang heran, yang seorang pasien menyenggol sebelahnya sambil mengatakan, 'lihat tuh, betul kan yang saya bilang? Dokter ini memang top di kota ini.'

Begitulah kita pada umumnya seringkali mengambil kesimpulan berdasarkan prasangka. Prasangka terbangun karena kebiasaan. Kebiasaan membangun karakter pribadi seseorang. Kebiasaan-kebiasan untuk berprasangka baik atau berpikir positif kita diajarkan sejak anak-anak dengan melalui sholat. Setiap kali kita selesai sholat selalu diakhiri dengan salam.

Mengucapkan salam kepada Alloh SWT merupakan simbol dari keislaman. Makna Islam berarti berdamai dengan Alloh SWT. Kita tidak memiliki masalah kepada Alloh dan tidak berpikir negatif kepadanya.

Dalam kehidupan, kita kerap mengalami kejadian yang menyenangkan ataupun tidak. Hampir tidak dapat dihindari dalam hati terbersit pikiran negatif terhadap Alloh SWT, terutama jika mengalami nasib kurang baik Jika berlarut, itulah titik permulaan dari malapetaka rohani dan kebangkrutan spiritual.

Allah SWT berfirman dalam hadis qudsiy, ana `inda dzonni `abdi, Aku tergantung bagaimana hamba Ku menganggap Ku. Apabila dia berprasangka kepada Ku dengan baik, Aku pun akan baik kepadanya. Dan apabila dia berprasangka kepada Ku dengan prasangka buruk, Aku pun buruk kepadanya.’ Hadis qudsi di atas sebuah kiasan untuk senantiasa berpikir positif dalam keseharian kepada Alloh SWT ataupun terhadap ciptaan-Nya, baik umat manusia maupun seluruh alam.

Seperti kita ketahui, di antara tanda-tanda kebesaran Allah ada penciptaan langit dan bumi. Seperti dalam firman-Nya, ‘Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan di antara perbedaan malam dan siang, ada tanda-tanda bagi orang-orang yang mempunyai pikiran mendalam, yaitu mereka yang selalu ingat kepada Alloh.’

Atas dasar itu, sudah selayaknya kita memperhatikan alam sekitar. Alam ini tidak diciptakan dengan sia-sia, sehingga hal itu dapat menumbuhkan pikiran positif terhadap alam ataupun Sang Penciptanya. Ayat itu diakhiri dengan permohonan kita kepada Allah untuk dihindarkan dari siksa neraka. Dalam konteks ayat tersebut atau dalam bahasa Arab disebut siyaqu al-ayat siyaqa yang bisa dipahami salah satu penyebab orang mengalami hidup sengsara ialah kalau dia mempunyai pikiran negatif terhadap sesama ciptaan-Nya.

Dalam ayat lain, Al-Hujarat, Allah menyebutkan, ‘Apakah ada di antara kamu yang suka memakan daging bangkai saudaranya. Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya’
Maksud dari ayat ini kalau kita membicarakan keburukan orang lain yang tidak ada di hadapan kita, hal itu bagaikan memakan bangkai saudara kita sendiri. Ini peringatan agar kita senantiasa menumbuhkan berprasangka baik dan juga berpikiran baik kepada Alloh, sesama saudaranya dan alam sekitarnya.

Wassalam,

Agussyafii



Minggu, 30 Agustus 2009

The Last… ( HOSPITAL )

Masih terlalu pagi untuk keluar, begitulah kata dr.Irvan dalam hatinya. Di rumahnya yang cukup mewah ia masih belum merasakan kehadiran orang yang selama ini memberinya seorang keturunan. Mungkin karena ia terlalu sibuk dengan sekolahnya, sampai lupa untuk menjalin hubungan asmara dengan seorang gadis. Meskipun begitu, ternyata ia disegani oleh perawat-perawat yang ada di rumah sakit tempat ia bekerja, terlebih dr.Gina yang ternyata selama ini menaruh hati padanya.
Ia hanya hidup sebatang kara, meskipun ditemani oleh tiga orang pembantu. Mang Ujang, Bi Inah, juga Bi Tari. Ketiganya begitu senang memiliki seorang majikan yang luar biasa baiknya, apalagi anak Bi Inah disekolahkannya.
Dr.Irvan sering menyempatkan dirinya berolahraga disekitar halaman pada pagi hari, ditemani Mang Ujang yang selalu menyiram taman.
“Mang Ujang…,”
“Ya, Pak… ada yang bisa saya Bantu?”
“Bilang sama Bi Tari, supaya buat kopi, nanti taruh saja di meja teras!”
Mang Ujang langsung bergegas, sementara Irvan masih berlari kecil. “Tin…!!!” Tiba-tiba suara klakson mobil terdengar, Bi Inah langsung membukakan pintu.
“Eh, ibu dokter…”
“Irvan ada Bi…?”
“Oh, ya ada! Mari masuk Bu,”
Gina langsung masuk kedalam mobilnya dan memarkirkan di dalam,
“Tumben kamu datang pagi-pagi, Gin?” suara Irvan tiba-tiba datang dari kaca jendela mobilnya. Gina langsung keluar,
“Nggak kok, Van… aku cuma iseng!”
“Udah sarapan?”
“Belum sih, biasanya juga aku sarapan di rumah sakit.”
Irvan mengajaknya masuk, mereka berdua ngobrol kecil di ruang tamu.Bi Tari menghidangi mereka kopi hangat. Gina tampak memperhatikan Irvan, ia pura-pura tidak menghiraukannya.
“Oh ya Van…, kamu ntar sibuk nggak?”
“Mmm, kayaknya nggak deh… soalnya kemarin aku baru saja melakukan operasi jantung. Memang kenapa kamu nanya gitu?”
“Ya kalau memang kamu nggak terlalu sibuk, aku mau ngajak kamu makan siang bareng…”
Irvan memenuhi ajakannya, mereka berdua kembali melanjutkan minum kopinya. Irvan adalah salah seorang dokter yang selalu berhasil dalam setiap operasi yang dilakukannya, namun tetap ia tidak menyombongkan keahliannya itu. Baginya, hanya Allah yang membuatnya demikian. Irvan hanya menjalani takdir yang ia terima sebagai dokter.
Lain halnya dengan Gina, ia memang tidak terlibat dalam setiap operasi karena ia dokter spesialis kandungan.meskipun ada pasien yang karena sesuatu hal diharuskan melakukan operasi “sesar”, ia menolak untuk melakukannya. Padahal rekannya yang sama-sama merupakan dokter ahli kandungan, selalu menginginkannya membantu. Bagi Gina ini merupakan sebuah trauma yang mendalam. Ia dilahirkan secara “sesar”, dan ibunya langsung meninggal ketika melahirkannya sebagai anak yang kedua.
“Gin, jangan melamun…!”
Gina langsung bangkit dari lamunan, tepukan Irvan pada bahunya membuat ia tercengang. “Jadi…?” Irvan langsung bertanya mengenai ajakan Gina tadi pagi.
“Jadi kok, yuk!”
Gina mengajaknya ke sebuah restoran tempat biasanya makan siang, cukup jauh dari Rumah Sakit. Irvan masih mendapatinya melamun,
“Hei… kalau makan jangan melamun gitu dong,”
“Nggak kok Van…,”
Gina berpura-pura makan sambil mengalihkan perhatian, Irvan mulai curiga dengannya. Cukup lama mereka berdua berada disana, Gina masih tampak agak melamun dan Irvan semakin yakin ada sesuatu yang mengganjal pikiran rekannya.
Hal berbeda malah Irvan dapati ketika mereka berdua kembali ke Rumah Sakit, Gina langsung fokus pada pekerjaannya. Ia mulai lega dengan kembalinya sikap Gina. Tiba-tiba dr.Tata menghampiri Gina, ia mengatakan bahwa ada pasien yang hendak melahirkan.
“Gin… please kamu bantu dr. Tata sekarang,” pinta Irvan.
“Iya dr. Gina, kami sangat mengharapkan bantuan Anda…”
“Dokter!” Suara panggilan suster langsung menghentak mereka,
“Gin…,” pinta Irvan sekali lagi.
Sambil menghela nafas, Gina langsung bangkit dari kursinya. “Cepat…!!” katanya pada dr. Tata. Mereka berdua langsung bergegas ke ruang operasi. Irvan langsung lega, ia mengikuti langkah mereka perlahan sementara Gina, dr. Tata dan beberapa orang suster langsung bergegas sambil membawa peralatan bersalin.
Suara jerit tangis bayi terdengar begitu kerasnya, keluarga yang menunggu kelahiran tersebut langsung bangkit gembira. Gina keluar dengan tersenyum,
“Gimana dok…?” tanya suami dari istri tadi.
“Anda suaminya ?Mmm… bayi dan istri Anda selamat. Silahkan lihat keadaan bayi laki-laki Anda,”
Irvan yang sejak tadi ikut duduk menunggu bersama keluarga pasien akhirnya bisa tersenyum bahagia, Gina sudah melakukan tugasnya dengan baik. Ia kembali ke ruang kerjanya. Gina masih bersama rekannya, dr. Tata. Keluarga itu sangat gembira dengan anggota baru mereka.
Suara handphone dari dalam sakunya memanggil, ia langsung membaca sms tak dikenal. Hanya dua belas nomor tercantum,
+628528937564
Mas Irvan, masih ingat aku nda…? Ini Endan, mantan teman SMP kamu lho… gimana kabarnya?
Ia tersenyum kecil,ia kembali mengetik sesuatu untuk membalas pesan dari teman lamanya.
Alhamdulillah Dan… aku baik, oh ya gimana kamu sekarang… udah kerja dimana nih?
+628528937564
Aku buka bengkel di Jalan Supratman… kapan-kapan kita ngobrol ya, bisa kan? sekalian ajak pacar or kamu udah punya istri…
OK… next time.
Ia sedikit tertawa dengan pertanyaan temannya, matanya tertuju pada tumpukan berkas yang berada diatas mejanya. Laporan untuk rapat besok pagi, beberapa operasi yang sudah dilakukan berikut keberhasilan, kendala, serta kegagalan atas kehendak-Nya.
“Eh, kamu Gin…” Irvan cukup kaget mendapatinya berada dibalik pintu yang baru saja ia buka. Gina mengajaknya pulang bareng,
“Gimana ya, aku…”
“Ya udah nggak pa-pa,”
“Sorry ya…?!”
Gina tersenyum kecil, ia melangkahkan kakinya menuju tempat parkir. Irvan masih berdiri disana,ia kembali masuk ruangannya mengambil tas yang tertinggal.
“Dokter Irvan!”
Suara panggilan itu menghentikan langkahnya. “Oh, dokter Rendi… ada yang bisa saya bantu?”
“Aku cuma nitip pesan buat Pak Tema, aku… nggak bisa ikut rapat besok pagi. Ibuku meninggal tadi pagi…,”
“Innalillahi wainnailihi raji’un…, yang tabah ya Di.” Ia menepuk bahu rekannya.
“Mmm, aku permisi dulu…”
dr. Rendi berjalan perlahan, Irvan masih juga berdiri disana. Perlahan ia berjalan menuju lift, sudah jam dua siang dan ia harus segera pulang.
Perlahan ia mengemudikan mobilnya, menyusuri Jalan Supratman yang mulai padat. Sesekali ia mendapati pedagang asongan menjajakan dagangan dibalik jendela mobilnya.
“Mas… minumnya satu!” pinta Irvan pada salah seorang pedagang asongan.
“Ini Pak…,”
Irvan langsung mengeluarkan uang dari dompetnya, “kembaliaanya ambil aja…!”
“Terima kasih,” balas pedagang asongan itu ragu, tidak menyangka uang lima puluh ribu rupiah berada ditangannya.
Irvan merasa ada hal lain dalam dirinya kini, mungkin saatnya memiliki seorang kekasih yang bisa membagi waktu dan perasaan dengannya. ‘Tapi… siapa ?’ Irvan bertanya-tanya pada dirinya, dengan penuh seksama, mengingat semua yang ia lakukan semasa sekolah. Tanpa kehadiran seorang pacar, padahal waktu SMU ia disukai oleh dua orang perempuan.
“Ckittt…!!!”
Irvan mengerem dengan cepat, beruntung ia masih mampu mengendalikan kendaraan yang dilajukannya. Cepat ia turun melihat yang ia sendiri tidak sadari telah dilakukannya. Beberapa orang warga berlari melihat kejadian tersebut,
“Maaf… mbak nggak kenapa-napa…?” kata Irvan sambil membantu seorang perempuan yang hampir saja ia celakakan.
“Nggg… Nggak kok… nggak pa-pa,” tutur perempuan itu sambil sedikit tersenyum.
“Aku antar ke rumah sakit…,”
Irvan langsung meminta beberapa warga yang datang membantunya membawa perempuan tadi ke dalam mobilnya,
“Dokter Irvan kok nggak hati-hati sih…?” kata salah seorang warga yang kebetulan mengenalnya.
“Justru itu… aku sendiri nggak tahu kalau perempuan tadi mau menyeberang jalan,”
Irvan langsung kembali memutar balik, kembali ke rumah sakit. Sebelumnya ia menelpon rumah, mengatakan kalau ia pulang agak terlambat. Cukup cepat ia mengemudikan mobilnya, dua orang warga yang ikut bersamanya mencoba untuk memberikan P3K. Beberapa saat kemudian, mereka akhirnya kembali ke rumah sakit tempatnya bekerja. Ia meminta beberapa orang suster untuk merawat perempuan tadi, ia bersama dua orang warga yang kebetulan ikut duduk untuk menunggu perempuan tadi yang sedang menerima perawatan medis. dr. Yanto kali ini yang memeriksa kondisi pasien, ada beberapa luka di bagian kepala dan juga lengan kanan korban, hanya saja masih dalam taraf sedang dan tidak cukup parah.
“dokter Irvan…,”
“Bagaimana keadaan perempuan yang di dalam dokter…??”
“Alhamdulillah baik-baik saja dokter Irvan, tapi… kenapa dokter kembali lai kesini? Bukannya jadwal dokter Irvan hari ini sudah selesai??”
“Ada kecelakaan kecil dokter, makanya aku kembali lagi kesini…”
“Jadi… pasien yang di dalam??”
“Ya, dokter Yanto…”
Dokter Yanto paham maksud yang dokter Irvan katakan, ia hanya mengatakan bahwa kondisi pasien di dalam cukup baik dan tidak ada luka yang cukup serius. Dokter Irvan dan dua warga itu langsung masuk ke dalam untuk melihat keadaan perempuan tadi.
“Gimana keadaaan sekarang mbak…?” Tanya dokter Irvan.
“Udah mendingan kok dokter, aku nggak apa-apa…,” perempuan itu memberikan senyuman kecil. Ia bahkan meminta untuk dapat pulang ke rumahnya karena sedang ditunggu oleh anggota keluarga yang lain. Mereka bedua akhirnya berkenalan, perempuan itu bernama Suci, seorang penjaga sebuah toko swalayan yang kebetulan berada dekat dengan rumah dokter Irvan, sekitar 100 meter dari rumahnya.
Setelah meminta izin dari dokter Yanto mereka berempat kembali beranjak dari rumah sakit. Dokter Irvan terlebih dahulu mengantarkan dua warga yang mengikutinya,
“Terima kasih bapak-bapak sudah membantuku…,”
“Sama-sama pak dokter, tapi lain kali hati-hati ya…” potong salah seorang warga.
Setelah memberikan senyuman mereka berdua kembali melanjutkan perjalanan. Irvan perlahan mengemudikan mobilnya, hanya beberapa menit setelah mengantarkan kedua warga tadi, ia akhirnya sampai tepat di depan rumah Suci.
“Terima kasih dokter sudah mengantarkan saya sampai rumah…,”
Dokter Irvan terdiam sejenak, ia memperhatikan seluruh bagian rumah yang rasanya tak asing. Mengingatkannya akan suatu hal, semakin jauh ia menuju dimensi masa lalu yang membuatnya sangat tertekan. Rumah ini menyimpan sebuah kenangan yang tak pernah ia lupakan.
“Dokter…?”
“Astaghfirullahaladzim… !!!”
Irvan akhirnya tergugah dari lamunannya, ia memandang wajah Suci sejenak, tampak adanya beberapa bekas luka di bagian leher, seperti luka bakar.
“Aku… sepertinya ingat dengan rumah ini, seperti keadaan sepuluh tahun yang lalu…,”
Suci mulai menitikkan air mata, sepertinya ia sangat paham maksud yang Irvan katakan. Ia mencoba untuk menahan segala perasaan yang ada, sebuah perubahan yang tidak pernah irvan sadari bahwa perempuan yang berada di hadapannya adalah ingatan sepuluh tahun yang lalu. Sejak perisitiwa kebakaran itu, Irvan sudah tidak pernah mengetahui semuanya. Semua ingatannya seakan hilang tanpa bekas. Irvan seperti melewati masa sepuluh tahun tanpa mengenal dirinya, ia melangkah tanpa mengerti apa yang sebenarnya dilakukannya saat ini.
“Soni…,”
“Soni…???” Irvan mulai keheranan dengan perkataan Suci barusan, kepalanya mulai terasa berat. Ia bahkan tak kuasa menahan sakit kepalanya saat ini. Suci mencoba untuk menenangkannya agar Irvan tidak terlalu mengingat hal yang seharusnya ia pikirkan kali ini.
Dari kejauhan tampak sebuah mobil dan juga seseorang yang berada di dalamnya mulai terus memperhatikan kegiatan yang dilakukan keduanya. Ia sesekali memegang handphonenya, matanya terus memperhatikan gerak-gerik dua orang yang sedang ia pantau.
“Soni… tenanglah… masuk dulu,” Suci membawanya masuk dan menyuruh Irvan untuk duduk terlebih dahulu sementara ia sendiri pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Irvan semakin mengingat dengan jelas seisi ruangan ini, keadaan yang belum cukup berubah, hanya sedikit tata letak dan juga pajangan yang terususun rapih menghiasi ruangan ini.
“Soni… minum dulu,”
“Tunggu sebentar, mengapa kamu memanggilku dengan Soni…?”
“Kamu masih belum mampu mengingatnya…? Soni… itulah nama aslimu,” Suci memperlihatkan sebuah potret dirinya bersama dua orang perempuan, sebuah potret dirinya semasa SMA yang sangat ia kenali.
“Mengapa kamu bisa menyimpan fotoku waktu SMA…?”
“Ternyata setelah peristiwa kebakaran itu ya…? Aku pikir mungkin sekarang waktunya untuk kamu mengingat siapa kamu sebenarnya. Kedua orang tuamu meninggal dalam kejadian sepuluh tahun yang lalu, dan kamu… menyelamatkan aku dan juga kakakku yang kebetulan berada di dalam. Mukaku ini…,” Suci memperlihatkan bekas luka bakar yang ia alami sepuluh tahun yang lalu kepada Irvan, yang sebenarnya bernama Soni.
“Setelah kejadian itu, aku harus kehilangan wajah asliku…,”
Soni mulai mengingat seluruh kejadian masa lalu, air matanya mulai membasahi seluruh pipinya. ‘Arrghhhh…!!!!!!’ Soni berteriak keras sekali, Suci hanya memperhatikannya sambil memegang kepalanya. Soni semakin tak bisa menguasai dirinya, ia memukul-mukul dinding beberapa kali sambil menangis. Suci menghampirinya perlahan,
“Soni…,” Suci memegang bahu kanan Soni sambil tersenyum. Beberapa saat kemudian seseorang yang sudah lama memperhatikan mereka berdua masuk, orang yang Soni kenal dengan nama Irvan, seorang dokter yang bekerja di tempat yang sama.
“Soni… kamu sudah mengingat semuanya…?” Tanya Gina sambil tersenyum.
“Tapi kenapa baru sekarang…? Kenapa kamu nggak bilang saja supaya aku tahu siapa aku sebenarnya…?!”
“Belum saatnya Soni… mungkin sekarang adalah waktu yang tepat. Waktu aku lihat kamu menabrak Suci, aku terus membuntuti kamu dari belakang. Aku nggak nyangka kamu akan kembali ke rumah ini, kami berdua… sengaja menata kembali rumah ini agar suatu saat kamu bisa mengenal siapa kamu sebenarnya. Selain itu… aku juga terus memperhatikan kamu dengan sering berkomunikasi ataupun datang ke rumah kamu untuk ngobrol…,”
Soni semakin mengenal siapa dirinya yang sebenarnya. Ia terus menangis dan menyesali kejadian masa lalunya, sebuah kesalahan yang tidak seharusnya ia perbuat. Wajah Suci sudah berubah karena operasi wajah sepuluh tahun yang lalu. Ia menghilang sejenak bersama sang kakak, dan menitipkan Soni yang hilang ingatannya kepada tiga orang pembantu yang lolos dalam tragedi maut tersebut dan tak lain adalah ketiga pembantu yang selama ini bersama Soni. Merka bertiga sengaja tidak memberitahukan terlebih dahulu identitas Soni yang sesungguhnya untuk waktu yang belum ditentukan, sampai Suci dan Gina cukup yakin untuk memberitahukan kebenaran tentang Soni. Setelah mengetahui keadaan yang sesungguhnya Soni hanya mampu menangis dan terus menangis, ia menyesali kebodohan masa lalunya.
“Seandainya saja waktu itu aku datang lebih cepat…,”
“Soni… kamu nggak salah kok, semua bukan salahmu karena ini semua adalah takdir yang sudah Allah tetapkan. Kamu seharusnya bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup lebih lama,” Suci memberikan senyuman manis untuknya.
Mereka bertiga langsung pergi menuju arela pemakaman, Soni meminta mereka berdua untuk mengantarkannya. Ia ingin melihat makam kedua orang tuanya untuk yang pertama kali setelah sepuluh tahun lamanya. Gina mengemudikan mobilnya perlahan, Soni masih duduk dengan pandangan mata yang terus ke bawah, Suci sendiri mencoba untuk menenangkan perasaan teman lamanya.
“Sudah sampai Soni…,” Gina langsung keluar dari mobilnya, diikuti oleh Soni dan juga Suci. Mereka perlahan menyusuri areal pemakaman yang sepi, tampak burung-burung kecil beterbangan di angkasa mengiringi langkah kaki mereka bertiga.
Suci menunjuk kearah Nisan yang bertuliskan ‘Rangga Dwi Septian bin Abdullah’ dan ‘Yulia Maharani binti Teguh’, kedua makam orang tua Soni.
“Ayah… Ibu… !!!” Soni memeluk batu nisan kedua orang tuanya sambil tak henti-hentinya menangis. Gina dan Suci sendiri mulai larut dalam kesedihan yang dialami oleh Soni.
Kebenaran yang akhirnya terungkap dan membuatnya untuk bisa menjadi lebih baik lagi. Soni amat menyesali kesalahan masa lalunya yang menyebabkan kedua orang tuanya meninggal, serta memberikan luka yang dialami oleh Suci. Kesalahan masa lalu itu tidak akan pernah terjadi manakala ia langsung pulang ke rumah untuk menemui Suci yang ingin berbicara dengannya. Ledakan kompor di dapur langsung membakar hampir seluruh isi rumah. Kedua orang tua Soni sedang beristirahat setelah pergi dari luar kota, sementara Gina dan Suci yang tepat berada disana mencoba untuk menyelamatkan keduanya namun tidak berhasil. Bi Inah, Bi Tari dan juga Mang Ujang tak mampu berbuat banyak setelah ‘si jago merah’ mulai melahap Suci dan Gina yang masih berada di dalam.
‘Astaga…!!!’ Tanpa pikir panjang lagi Soni masuk ke dalam, meski Bi Inah menyuruhnya untuk diam dan membiarkan mang Ujang yang menyelamatkan kedua temannya yang masih berada di dalam.
‘Suci… mba Gina…!!!’ Soni bergerak cepat menghampiri mereka berdua, Suci mengalami luka bakar yang cukup serius di bagian mukanya, mang Ujang langsung membantu Suci dan juga Gina. Tiba-tiba sebuah kayu menghantam bagian belakang kepala Soni dan membuatnya tak sadarkan diri. Gina berusaha untuk membantunya keluar dari rumah. Warga sekitar yang turut membantu tak mampu berbuat banyak, sehingga api semakin membesar dan membakar hampir seluruh isi rumah, kecuali bagian depan dan ruang tamu.
“Ayah… ibu… maafkan Soni…,” sambil terus menangis, Soni terus mengelus-elus makam kedua orang tuanya.

DEAR…

Sore ini berlalu cukup tenang, dengan rintik hujan yang masih membasahi bumi yang indah. Beberapa tetes membasahi bahunya yang terbiarkan tanpa kain, ia masih duduk di bawah pohon beringin menemani kelincinya. Sudah lama ia berada disana, bahkan sebelum hujan turun 2 atau 3 jam yang lalu. Disampingnya bercecer kertas dan buku, terselip diatas telinganya sebuah ballpoint. Ia masih mengamati kelincinya yang berlarian,
“Kalau ingat dulu…,” batinnya menyeruakkan kata-kata itu… membawanya melintasi dimensi ruang dan waktu. Menembus kegalauan masa lalu dan jelas masih berbekas dipikirannya.
…... Waktu melintas tanpa disadari, sudah usia enam belas tahun kini. Dengan kata lain, masih berada di bangku kelas XI SMA. Sosok yang sudah banyak dikenal karena keaktifannya dalam organisasi sekolah, selain itu ia juga cukup cerdas dalam persaingan akademis. Meskipun begitu, ia masih memiliki perasaan yang dipastikan bakal menjadi pukulan balik. “Kalah sebelum bertanding”, singkatnya ia terkesan agak mudah putus asa dan disamping itu terkesan cepat mengambil keputusan.
Dalam raganya mengalir darah Ayah yang penuh percaya diri, dan tertutup perasaan khawatir sang Ibu. Banyak hal yang belum ia ketahui di sekelilingnya, bahkan dirinya sendiri. Belum lagi, ia terlalu mencemaskan sesuatu dan… hal ini yang menjadi hal paling menakutkan dalam hidupnya.
“Win…,”
Ia menoleh kearah suara panggilan,
“Hei… tumben kamu sendirian ?”
“Biasa aja kok… Mmm, oh ya Nur… Ria sudah datang belum?”
“Lho, emangnya di kelas kamu nggak ngeliat dia?”
Agak mengernyit dahinya, ”Tasku kan masih dibahu… jelas dong aku belum masuk kelas!”
“Udah tuh… dia lagi ngobrol-ngobrol ma yang lain,”
“Hari ini nggak ada tugas, kan?”
“Nggak ada…, sebenarnya… kamu suka kan sama dia ?”
“…Ria…?” katanya sambil memandang wajah temannya.
Ia terdiam sejenak, suasana mendadak menjadi cukup serius.
“Kenapa Win? Maaf deh kalo pertanyaanku tadi buat kamu tersinggung…,”
“Nggak kok…, aku cuma bingung aja.”
Beberapa teman lainnya menghampiri mereka berdua, “The Five Amusement Boy’s”.
“Hei…hei, morning!” sapa Ferdi.
Tiga orang lainnya menuju kelas, Andri masih berdiri ditemani Ferdi. Sambil menunggu bel masuk berbunyi mereka berempat bercanda, hal yang paling disukai Erwin. Terkadang sampai berlebihan.
“Masuk yuk…!” ajak Andri.
Pagi yang cukup membingungkannya, seperti ada hal yang mengganjal dalam pikirannya, benaknya, bahkan… perasaannya. Sapaan Ria membuyarkan langkah lamunannya, ia balas dengan senyuman kecil. Bangkunya di belakang, ia duduk bersama dengan Eby, teman sejak masa SD dulu. Selain itu, mereka berdua membentuk “Whest”, sebuah grup band, bersama kelima rekan yang lainnya. Kini hanya mereka bertiga bersama Hilman, Tegar dan Syamsul sekolah di Karawang, Reza di Tangerang, dan Ogi pergi ke Jakarta dan menjadi montir disana membantu Ayahnya.
Lantas sebenarnya dalam benaknya kali ini tiada lain, ia bingung dengan perasaannya. Ria adalah teman yang pertama kali menamparnya, akibat masalah kecil,”ledekan”. Dari hal itu, mereka berdua selama sebulan musuhan, sampai akhirnya Erwin mengalah dan tidak ingin membuat masalah lagi dengannya. Erwin terkadang berlebihan dalam bercanda, bahkan bisa dianggap serius. Meskipun begitu, ia bisa menjadi orang yang terlalu baik. Apalagi jika ada orang yang membantunya, bisa ia balas dua kali lipat dari sebelumnya, dan bahkan bisa lebih. Ia orang yang tahu terima kasih.
Cinta pertamanya memang bukan Ria, sebelumnya ia sudah menjalin hubungan asmara, “terlarang” bersama Rahma. Perempuan yang sudah lama ia kenal sejak SD, dan beda sekolah. Hubungannya terkadang baik, tegang, sampai akhirnya ia harus mematuhi perintah sang ibu untuk memutuskan tali diantara mereka.
“Ri…,”
Ria menatapnya cukup serius, “ada apa ?”
“Aku ingin ngobrol sesuatu ama kamu… bisa?”
Balasan senyuman ia dapat, diajaknya Ria ke taman depan. Mereka hanya berdua, tidak ada rekan sekelas lain kecuali beberapa orang siswa yang sedang asyik bercanda dan ngobrol-ngobrol disana.
“Ri… ada hal kecil yang mau aku omongin,”
“Ngomong aja Win…,”
“Sebagai partner, aku sangat menghargai persahabatan diantara kita… Tapi sebenarnya… aku memendam rasa suka terhadapmu! Maaf… banget, kalau apa yang sudah aku utarakan menyinggung kamu,…”
Ria agak menghela nafasnya, ia menatap wajah Erwin pelan.
“Mmm… Nggak apa-apa kok Win, setiap orang pasti menyimpan perasaan yang sama kayak kamu. Sebab… dulu juga aku pernah dalam kondisi seperti kamu, tapi posisi aku sebagai perempuan…”
Erwin agak tersenyum, Ria pula. Kali ini Erwin tidak ada maksud untuk mengutarakan perasaannya, ia hanya menyampaikan perasaan yang boleh dikatakan tak perlu dibalas.
*****
Berlalunya waktu seakan mengantarkan Erwin pada hal yang mulai membebaninya, ia masih belum bisa menemukan jati dirinya sebagai seorang “partner” yang berada di belakangnya. Kecurigaan beberapa orang temannya mulai menjadi, ia hanya menanggapi dengan senyuman kecil. Ia beberapa kali mengajak Ria jalan bareng, ataupun belajar bersama.
Banyak hal yang belum ia mengerti, dan kebanyakan ia mengalah pada keadaan. Beberapa kali Ria pernah menjauhinya, tanpa penjelasan yang berarti. Sebagai seorang laki-laki ia tidak bisa memaksakan kehendaknya untuk orang yang jelas-jelas bukan miliknya.
“Win…,” sapa Yosi mengguncang lamunan Erwin.
“Eh kamu… Yosi,”
Erwin masih duduk terpaku di teras, matanya tertuju ke arah lapangan basket.
“Nggak seperti biasanya kamu seperti ini, ada apa…?”
“Nggak kok biasa aja…,”
“Ria banyak cerita…”
Erwin langsung tercengang dan menatap wajah Yosi, ia kembalikan mukanya ke tanah.
“… Maaf Win, aku nggak ada maksud buat nyinggung kamu. Aku juga belum paham dengan beberapa cerita Ria tentang kamu…, satu hal yang pasti…”
“Apa…?” potong Erwin.
“Dia ingin kamu merubah sikap kamu,…”
Yosi langsung meninggalkannya menuju kedalam kelas. Tanpa gerakan yang berarti, ia kembali tertunduk dalam kesendiriannya.
“Hei Win…! Masuk gih!” kata Andri.
“Yoi bro…, “km” kita masa di luar?” imbuh Nur.
Erwin hanya membalas dengan senyuman. Ia mengikuti saran kedua rekannya, wajahnya cukup lesu. Ia sama sekali tidak memalingkan wajah kebawah, diam seribu bahasa. Erwin yang sekarang tidak banyak tingkah. Satu demi satu pelajaran dilaluinya tanpa respon yang berarti. Pertanyaan temannya hanya dibalas dengan kata “Nggak pa-pa” atau “Biasa aja” bahkan “Lagi pengen diem aja”.
Hari yang sama sekali tidak membuatnya merasakan semangat. Satu kesempatan ia berpapasan dengan mantannya,
“Rahma…,”
“Eh… Erwin… gimana kabar?” katanya lembut.
“Baik kok, kamu sendiri…?”
“Ya, seperti yang kamu lihat… Mmm, kamu kayaknya lagi nggak mood…”
Erwin hanya tersenyum kecil dan seperti biasa, “nggak pa-pa”. Kebetulan sekali mereka pulang satu arah, jadi seperti waktu kebersamaan dulu. Erwin menjadi cukup nyantai, ia sejenak melupakan kemelut dalam dirinya. Rahma sudah cukup berubah, dari mulai nada bicaranya yang agak tenang. Sebelumnya ia sering berceloteh, banyak mengemukakan hal yang patut dibicarakan.
Kembali dengan masanya, ia makin dekat dengan jati dirinya. Ia banyak melakukan hal yang dianggapnya menjadi proritas, tidak jarang ia belajar sampai larut malam. Setiap hari hanya melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan dengan frekuensi yang sering. Dari nge-band bareng teman-temannya, belajar setelah shalat subuh, sampai ia sendiri ikut klub basket.
Seiring waktu yang berlalu, teman-temannya mulai menyadari perubahan drastis dalam dirinya. Bahkan, Ria sendiri.
“Win…,”
Ia menengok kearah suara,
“Win, kita cabut dulu ya… !” kata Andri.
Ardi beranjak dari tempat itu, ditemani Ferdi dan Eby. Sudah cukup lama mereka ngobrol di dalam kelas yang kebetulan gurunya sedang behalangan hadir. Erwin merapihkan bukunya yang tergeletak begitu saja di atas meja, ia seakan tidak menghiraukan kehadiran seseorang yang agak menganggu kegiatannya tadi.
“Kamu, marah… Win?”
“Terserah kata kamu… !” balasnya ketus.
Ria langsung pergi meninggalkannya, tanpa disadari mereka diawasi oleh teman-temannya.
“Win, kamu jangan gitu dong…” kata Yosi sambil menghampirinya.
“Ya kalau nggak niat ngomong, jangan kesini lagi gitu… !”
“Biar bagaimanapun juga dia pasti punya niat baik…, jangan seperti ngebales,” imbuh Nur.
Erwin hanya tersenyum kecil, ia pergi keluar. Tampak olehnya Ria menahan isak tangisnya ditemani Eby, Mell dan Wiwin. Ia berjalan berlawanan dari arah mereka, mencoba sedikit menghindar. Erwin tak mampu menahan perasaan kecewa daripadanya, meski ia masih ingat dengan perasaannya dulu padanya. Semuanya seakan hilang tak berbekas, hanya menyisakan kenangan pahit yang tak berujung.
“Win…,”
Suara itu masih belum membangunkan lamunannya. Sama seperti keadaan yang sebenarnya saat ini.
*****
Ia terhentak dengan kelinci yang menubruk kakinya. “Wah sepertinya aku terlalu banyak melamun…,” katanya dalam hati. Ia langsung merapihkan ceceran kertas tadi, cuaca disekitarnya mulai membaik. Perlahan ia membawa kelincinya kembali ke kandang, kertas-kertas itu mulai tersusun rapih dan ia biarkan tersimpan dibawah pohon tadi.
“Kakak… !”
Panggilan adiknya mulai menjauhkan dirinya dari lamunan itu. Fani namanya, 15 tahun dan ia kebetulan sekolah di tempat yang sama saat Erwin masih duduk di bangku SMA. Meski masih kelas X, prestasinya hampir mengalahkan kakaknya terutama di bidang seni. Dari mulai lomba membaca dang mengarang puisi, cerpen bahkan novelnya yang pertama hampir ia selesaikan. Tidak hanya itu, bakatnya dalam seni lukis membuatnya melenggang hingga tingkat propinsi.
“Baru pulang?”
“Nggak kok , dari tadi… kakak akrab bener ama kelincinya.”
“Si Jimmy kan teman kakak sejak SMA,”
Fani menggendong Jimmy, dibawanya ke kandang. Sementara kakaknya malah kembali merenung, entah apa yang dipikirkannya saat ini. Sekarang ia sudah mempunyai seorang istri, satu angkatan saat kuliah dulu. ‘Riri’ begitulah namanya, lulusan fakultas keperawatan UNPAD. Sedangkan ia sendiri berencana melanjutkan studi kedokteran spesialisnya, meski sebenarnya ia sudah dapat pekerjaan di RS. Hasan Sadikin. Istrinya sendiri sama bekerja di tempat itu juga.
“Kak… ade mau nanya sesuatu nih!”
“Mmm, boleh…”
“Gini loh kak… aku habis ditembak ma cowok loh !”
Betapa terkejutnya ia oleh perkataan adiknya tadi,
“Terus…,”
“Justru itu kak, cowok itu… dulunya pernah ‘eng-engan’ ma aku. Setelah beberapa lama, kita baikan… entah mengapa selama itu… dia malah mengatakan rasa ‘suka’ dia ke aku…,”
Kembali ingatan masa lalunya yang masih menyimpan sejuta misteri dibalik cerita romantika remaja SMA.
*****
“Win…,”
“…,”
Erwin masih dalam diamnya, ia hanya merespon dengan lirikan matanya yang seakan menilai orang itu mengganggu kegiatannya saat ini.
“Sorry Mel…, aku lagi pengen sendiri…” ia berkata tanpa melihat orang yang sedang berada didekatnya.
“… Aku ngerti kok!”
Erwin membalikkan pandangan matanya sambil tersenyum kecil untuk temannya. Sore itu di lapangan yang sepi, hanya mereka berdua. Teman asrama lainnya masih sibuk antri untuk mandi, beberapa orang bermain gitar dekat mess.
“Win… aku… mau nanya sesuatu… boleh ?”
“Mmm… boleh kok,”
“Kamu… ma Ria… udah baikan?”
“…,”
“Sorry… kalau pertanyaanku tadi nyinggung…,”
Erwin kembali tersenyum, “Tenang aja… aku… udah baikan kok,” Ia pergi dari tempat itu, sambil berkata pada temannya bahwa suatu saat ia akan mengatakan hal itu ke Ria. Cepat ia melangkahkan kakinya ke tempat asrama laki-laki, tempat yang paling dekat dengan ruangan kelas XII. Tak terasa sudah delapan bulan berlalu, ia sudah duduk dibangku kelas XII. Kini ia berada di kelas yang paling ketat persaingannya, kelas khusus XII IPA 1. Ria sendiri ada di kelas XII IPA 3, masih satu lajur dengan kelasnya.
Berbeda dengan keadaan saat masih kelas XI, Erwin lebih bisa mengerti apa yang guru jelaskan. Dia jadi lebih sering belajar, terutama bareng Rara, cewek yang pernah dia suka waktu kelas X. Tapi tetap saja Erwin yang lupa, ia sama sekali tidak mampu mengingat dengan baik masa lalunya. Di kelas yang baru, ia membentuk genk kecil, Riza, Arif dan Asrul, empat cowok yang disebut The Best Four Intelligence Student. Empat orang cowok pintar yang siap bersaing menunjukkan siapa yang lebih baik, tapi tetap saja yang namanya teman tidak ada yang perlu diperdebatkan.
Malam ini seperti biasanya, anak-anak asrama belajar dibimbing guru masing-masing. Kali ini Erwin kembali satu kelas dengan Ria, lain halnya dengan dulu, mereka berdua sudah melupakan kejadian masa lalu.
“Win…?”
“Ada apa, Ra?”
“Hari ini… kayaknya kamu beda deh,”
“… Ah… masa? biasa aja kok!”
“Sumpah ! Kamu jadi lebih tenang… otak kamu… malah lebih encer,” puji Rara sambil berseri. Erwin tersenyum kecil atas pujiannya. Ia sejenak melirik kearah bangku Ria, cewek itu duduk dengan tenangnya. Erwin kembali tersenyum, ia membuka buku catatannya sambil membaca beberapa materi siang tadi.
Malam ini Pak Edy menjelaskan bab matriks, bab ke sepuluh dari lima belas bab yang harus kelas XII tuntaskan sebelum menempuh ujian nasional.
“Hei…,” sapa Ria.
“Ehemmm… !” balas Rara pelan.
Erwin tersenyum kecil sambil menyenggol kaki kanan Rara yang mulai meledeknya, ia meminta teman sebangkunya untuk tidak merespon apapun. Supaya ia bisa tenang, sambil menerima materi dari Pak Edy.
Malam ini pula, tepat besok ia akan berulang tahun yang ke tujuh belas. Hari yang setiap tahun tidak pernah dia rayakan, yang baginya tidak terlalu penting. Tapi, kali ini kedua orang tuanya meminta untuk merayakan bersama teman-temannya. Sebenarnya ia tetap bersikeras untuk tidak melakukannya, sebab baru pertama kali ia merayakannya sejak terakhir berumur lima tahun ia pernah merayakan ulang tahun di Taman Kanak-Kanak, karena waktu itu ia masih kecil.
“Win…,”
“Nnggg… ada apa Ra?”
“Besok… acaranya jadi?”
“Mmm, insya Allah… ntar liat aja deh!”
Belajar malam sudah selesai, semuanya kembali ke asrama masing-masing. Erwin masih berdiri menunggu ketiga teman genknya yang masih belajar di ruangan kelas lain, ditemani Rara.
“Win… duluan!” kata Ria tiba-tiba.
“Eh… iya…,”
Erwin sedikit gugup, ia hanya membalas kembali dengan senyuman kecil. Rara yang berada disampingnya sudah lama memperhatikan sikap Erwin sejak di kelas tadi, tampak Erwin masih menyimpan rasa sukanya pada Ria.
Kelas kedua sudah selesai, ketiga temannya menghampiri keduanya, Arif, Riza dan Asrul. Ketiganya sudah sejak SMP berteman, meskipun tidak terlalu akrab.
“Wei… duaan aja nih!?” kata Asrul sedikit menyindir.
“Ngeledek nih… atau jangan-jangan…”
“Cemburu maksud lo!!” potong Riza.
“Hah… Asrul cemburu ma aku? Bagus dong!?” lanjut Rara
“Udah malem, bercandanya dilanjutin besok aja…”
Arif akhirnya menjadi penutup, keempat siswa itu berjalan kembali ke asrama masing-masing. Sambil berjalan, acara bercanda terus dilanjutkan.
”Srul... lu cemburu ya tadi...?” ledek Riza.
“Maksud lo...?????!!!!”
Mata Asrul mulai melotot, sementara Rara sendiri tertawa kecil melihat tingkah teman-temannya yang seperti anak kecil.
*****
Sore ini Erwin sudah sangat rapih, sebuah acara kecil di rumahnya membuat suasana mulai ramai. Tak hanya teman satu kelas yang datang, Erwin mengundang semua temannya untuk menghandiri acara Pesta Ulang Tahun yang ke-17 buatnya. Sebagai anak pertama, kedua orang tuanya begitu memperhatikan kegiatannya. Erwin sebenarnya memeliki adik yang baru berumur lima tahun dan baru masuk di sekolah Taman Kanak-Kanak, namanya Fani.
“Selamat ulang tahun ya Win…,” semua teman-teman yang diundang mengucapkan selamat ulang tahun untuknya, Ria juga berada disana, ia tampil sangat cantik kali ini. Erwin tersenyum manis untuknya.
“Tiup lilinnya… tiup lilinnya…!!! Semua teman Erwin langsung memintanya untuk meniup lilin sambil mengucapkan permohonan di hari ulang tahnu ya ke-17 baginya. Erwin sejenak memejamkan mata sambil mengucapkan sesuatu dalam hatinya, perlahan ia mulai meniup lilinnya yang berangka ‘satu’.
“Untuk angka ‘tujuh’ ini… aku serahin ama Ria untuk meniupkannya untukku…,”
‘Ehem.. ehem…’ Ria sangat terkejut mendengar permintaan Erwin. Ia merasa bingung saat ini, hanya saja teman-teman yang lain memintanya untuk menerima permintaan Erwin.
Lilin angka tujuh pun akhirnya padam, semuanya memberikan tepuk tangan yang meriah, alunan musik pop mengiringi pesta ulang tahun kali ini. Erwin mengajak Ria untuk berbincang-bincang di luar, mereka berdua duduk tenag di teras sambil membawa kue dan minuman.
“Ri… makasih ya udah datang kesini,”
“Sama-sama Win… aku cuma kaget waktu kamu minta aku untuk bantĂș niupin lilin,” kata Ria cukup malu.
“Aku mau ngomong satu hal ama kamu…,”
“Apa…??” tanya Ria sambil menatap wajah Erwin yang cerah kali ini.
“Mengenai hal yang dulu pernah aku omongin… sebelumnya, aku mau minta maaf atas semua yang pernah aku lakuin ama kamu, pernah nyakitin hati kau dan membuatmu begitu kesal karena kehadiranku,”
“Nggak kok Win… aku yang salah sama kamu… aku yang seharusnya minta maaf,”
Erwin tersenyum kecil untuknya, “Ri… kalau aku sayang sama kamu… boleh kan…??”
Ria terdiam sejenak, ia bingung untuk membalasnya. Matanya terus menatap lantai,
“Ria… mungkin aku seharusnya nggak bilang hal ini lagi ama kamu, hanya saja… aku punya sebuah keinginan untuk membahagiakan hidup orang yang aku sayangi… mungkin orang itu adalah kamu,” kata Erwin sambil menatap langit biru sore ini.
“Kamu… serius Win…??”
“Aku… serius Ri…,” jawab Erwin sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian mereka terus terdiam sambil mendengarkan alunan musik, Ria tersenyum untuknya.
“Ya…,”
Erwin kembali menatap langit dan sesaat memejamkan matanya, lalu bangkit dan berteriak, ‘Ya…!!!’. Ria hanya melihat tingkah Erwin yang begitu bahagia, hari ini menjadi awal bagi hubungan mereka berdua. Hari-hari selanjutnya akan mereka lalui bersama dan pesta ulang tahun kali ini melengkapi kebahagiaan yang Erwin rasakan. Ria sendiri merasakan kebahagiaan yang sama karena akhirnya bisa membalas perasaan yang selama ini dipendam oleh Erwin.
*****
“De… kamu suka nggak ama dianya…?” tanya Erwin.
“Mmm… Fani sebenarnya suka kak, cuma… Fani masih belum yakin ama perasaan yang sekarang Fani rasa.”
“Katakan ‘ya’ kalau kamu sudah yakin… kakak pikir mungkin dia anak yang baik,”
“Nggak baik juga sih kak, pinter banget anaknya…,”
Erwin tersenyum untuk adiknya. Fani langsung masuk kedalam, sementara Erwin kembali merapihkan catatannya, dan juga buku diarynya yang berisi catatan perjalanan masa lalu.